Gaya Pemimpin Demokrasi Jarang Ditemukan Dalam Kepemimpinan
Aweida Papua--Dalam kehidupan
demokrasi ini setiap individu mempunyai gaya dan cara kepemimpinannya
tersendiri tanpa bantuan dari pihak manapun atau dari orang lain yang ada
disekitarnya. Sejak kita dilahirkan oleh sang Ibu secara langsung kita diberi
kebebasan untuk menjadi seorang pemimpin. Pemimpin yang dilahirkan bukan
pemimpin yang diciptakan dan dipaksakan dalam kehidupan demokrasi. Dan setiap
pemimpin memerlukan proses kepemimpinannya agar hidup dan kehidupan manusia
menjadi dinamika sosial yang terstruktur dan terpimpin. Konteks demokrasi ini
setiap individu berhak mengemukan pendapat dan bebas menyatakan sikap positif
demi pembaharuan dan perubahan hidup pribadi dan sesama.
Sementara ini, beberapa negara di
dunia masih menganut sistem demokrasi, termasuk Indonesia. Dan penerapan
demokrasi wajib dirasakan oleh semua orang yang ingin menjadi pemimpin.
Misalnya, setiap orang ingin menjadi pemimpin pada suatu wilayah, daerah,
distrik, kampung dan negara pada umumnya dalam kehidupan demokrasi ini. Dan
untuk menjadi seorang pemimpin biasanya setiap bakal calon diberi kesempatan
untuk merancang, menata dan memaparkan Visi, Misi dan program kerja lima tahun
mendatang.
Setelah mendapatkan kemenangan
melalui proses pemilihan biasanya melakuakan syukuran atas keberhasilannya,
tetapi selama kepemimpinannya tak satupun program kerja yang dapat menyentuh
hati rakyatnya. Setiap pemimpin pada dekade ini terlihatnya mereka teridentifikasi
bermasalah dan memimpin tanpa kapasitas untuk membagun pemerataan pembangunan
sesuai kemauannya. Gaya Pemimpin yang berjiwa otoriter dan diktator, bagi
rakyat akan terasa ketidaknyamanan bagi seluruh rakyat-Nya yang ada didalam
lingkup kepemimpinannya.
Semua orang berhak menjadi pemimpin
dan setiap bakal calon pemimpin memiliki pengalaman dan pengabdian tetapi
sangat riskan untuk menjadi pemimpin yang ideal, karismatik, idola bagi
rakyatnya. Rakyat akan terasa kekaguman dan bangga pada proses kepemimpinannya
bila pemimpin memiliki integritas, kompetensi, sikap posif dan memiliki
nilai-nilai Iman, Moral dan kultur termotivasi didalam dirinya.
Kepemimpinan dalam konteks
demokrasi ini semua pemimpin rata-rata terjerat oleh karena kebiasaan hidup pemimpin
yang memimpin sewenang-wenang dan selalu melakukan praktek kolusi, korupsi dan
nepotisme (KKN). Kebiasaan hidup seperti itu menandakan bahwa setiap pemimpin
selalu mengutamakan kepentingan individu ketimbang kepentingan rakyatnya.
Rasa egoisme yang tertanam didalam
diri seseorang membuat kehilangan akal dan termotivasinya kepentingan paham
materialisme dalam kehidupanya sehingga rakyat semakin menderita dan dijerit
oleh karena watak pemimpin yang belum terdidik secara Iman, moral dan budaya.
Dimana-mana setiap pemimpinan yang ideal, kharismatik dan idola bagi rakaytnya
jarang ditemukan. Itulah sebabnya rakyat yang memiliki hak untuk memili
pemimpin tentunya mereka menilai gaya pemimpin yang memiliki segala potensi
yang dimilikinya.
Biarlah setiap anak bangsa diberi
kebebasan untuk bebas berdemokrasi menjadi pemimpin yang ideal, kharismatik,
idola dan menjadi pemimpin terpopuler dan dikagumi oleh rakyatnya. Pemimpin
harus bebas dari kebiasaan hidup praktek Kolusi Korupsi Nepotisme (KKN) guna
melayani dan mengabdiakan diri untuk kepentingan semua golongan dalam kehidupan
demokrasi agar pemerataan kesejahteraan, keadilan dan kebahagiaan terus
dirasakan dalam kehidupan demokrasi.
Disposkan: Aweida Papua