Pengalaman hidup bangsa-bangsa di dunia ini untuk menjadi refleksi, dimana kita dapat mempelajari kehidupan bangsa Rwanda dan Burundi dari tangan penjajahan hingga kehidupan berbangsa dan bernegara untuk menjadi ekstra pengetahuan bagi setiap generasi penerus terutama bangsa terjajah yang dapat mengikuti segala suka dan duka dialami untuk menjadi bahan perlawanan.
Terbentuknya Negara Rwanda dan Burundi di Afrika Tengah.
Sebelumnya tidak ada cerita tentang negara Burundi kecuali Rwanda di Afrika Tengah. Rwanda merupakan bagian dari wilayah Afrika Tengah yang membentuk sebuah negara tersendiri pada tanggal 13 Desember 1946. Setelah perang Dunia II, Rwanda-Urundi menjadi wilayah perwalian PBB yang diperintah oleh pemerintah Belgia tahun 1962. Saat itu, Rwanda dan Brundi mendapat kemerdekaan.
Penduduk Negara Rwanda dan Burundi
Negara Rwanda dan Brundi mempunyai tiga suku besar yakni, Suku Tutsi, Hutu dan Twa. Ketiga suku membentuk sebuah negara namanya Rwanda-Urindi disana. Kelompok etnis negara Rwanda dan Burundi terdiri dari tiga suku besar yakni suku Hutu (85%). Suku TUTSI sebanyak penduduk 14% dan Suku TWA 1% di negara itu. Mereka lebih banyak beragama Kristen 93.8% dan lainnya beragama campuran.
Setiap tahun ada pertumbuhan pendudukan kedua negara meskipun kehidupan kacau disana. Kemudian penyebaran HIV AIDS juga bertumbuh subur tetapi perkembangan penduduk sangat signifikan diantara ketiga suku disana. Angka kematian selalu ada ketika ada konflik sesama warga negara.
Genosida Rwanda dan Burundi
Kehidupan Politik dan Kekuasaa di Rwanda dan Burundi.
Burundi melepaskan diri dari negara Rwanda karena mereka dianggap terjajah dari otoritas pemerintah Rwanda. Dan Burundi tersendiri memiliki sejarah tersendiri terkait penjajahan dari Jerman sebelumnya. Tetapi kekuasana politik Burundi belum maju dari aspek pembangunan maupun teknologi. Negara Burundi ini mempunyai masalah yang komplek terkait sosio politiknya. Konflik antara suku-suku masih terus dialami. Mereka sudah merdeka dari Belgia pada tahun 1962, tetapi situasi Burundi terus menerus mengalami konflik diantara sesama warga dari tiga suku itu.
Sementara negara Rwanda sudah memasuki negara berkembang dengan adanya pemerintahan dan kekuasaan politik tersistem. Kehidupan mereka tidak ada kecemburuan sosial terutama peristiwa kemanusiaan yang terjadi sebelumnya. Ada kesamaan ras, bertoleransi agama, dan ada kebebasan hak hidup sesama rakyat. Meskipun mereka pernah hidup dengan kekerasan di antara sesama tetapi pemerintah telah memulihkan negara itu.
Perkembangan Ekonomi di Rwanda dan Burundi.
#Bahan Perenungan Atas Kehidupan Warga Negara Rwanda dan Burundi.
Cerita kehidupan bangsa Rwanda dan Burundi menjadi bahan perenungan bagi setiap suku bangsa dibelahan dunia. Dimana mereka dijajah secara ekonomi dan politik dari barat membuat kehidupan mereka masih dibawa kemelaratan. Penjajajahan barat menghancurkan kelompok solidatas yang hendak membangun persatuan, justru dihancurkan oleh kelompok milisi yang difasilitasi penjajah barat. Diantara sesama warga saling menyerang dan diserang seperti konflik internal mereka, dimana Suku Hutu, Tutsi dan TWA sebelumnya saling membunuh diantara mereka sendiri disana.
Setelah mereka mendapatkan kemerdekaan dari penjajahan Jerman, Inggris dan Belgia atas bantuan PBB, maka konflik internal mereka dapat teratasi setelah kekayaan alam mereka dikuras habis. Penjajah dan kapitalis kapan saja dapat menghancurkan kehidupan suatu bangsa. Ketika suatu bangsa yang masih hidup dibawa penjajahan, mereka tidak dapat melihat kejahatan secara terstruktur didalam internal sesama bangsa terjajah. Sebagaimana tiga Suku besar yang diketahui di negara Rwanda dan Burundi masih mengalami keterpurukan dan kemiskinan. Konflik sering muncul di Burundi setelah merdeka, meskipun Rwanda sedang dalam kondisi pemulihan sejauh ini.
Oleh karena itu, setiap suku dan bangsa yang hendak mendirikan sebuah negara merdeka dapat diperlukan membangun kesadaran pribadi dan kolektif guna mempertimbangkan kehidupan sosial sebelum memutuskan rantai penjajahan secara komprehesif. Sebab setiap pejuang bangsa dimana-dimana dapat diadu-dombakan oleh penjajah dengan tawaran tertentu untuk memperpanjang penjajahan. Strategi ini dilakukan penjajah guna memperpanjang proses penjajahan dengan tujuan menguras kekayaan alam mereka.
Dapat simpulkan bahwa suatu bangsa yang hendak mendirikan sebuah negara berdaulat dapat dialami tantangan, masalah dan beban hidup bangsa ketika bangsa terjajah hendak memisahkan diri dari negara penjajahan. Kehidupan suku Hutu, Tutsi dan Twa menjadi pembelajaran bagi setiap suku bangsa terutama bangsa-bangsa yang dijajah secara ekonomi dan politik dibelahan dunia terkini. Perjuangan kemerdekaan bagi bangsa terjajah bukanlah tindakan yang muda tetapi dapat diperjuangkan dengan keadilan guna membangun kekuatan demokratif menjadi bumeran. Mari kita bebas dari paham egoisme, sukuisme, dan bebas dari kepentingan penjajahan demi keselamatan negeri dan penghuni diatas negeri kita sendiri.
Disposkan: Aweida Papua/Refleksi Sejarah