Aktivis Wajib Memiliki Ketekunan Iman Dalam Perjuangan
AWEIDA-News, Bagaimanapun, kapanpun, dimanapun kita tetap melawan
ketidakadilan bersama Tuhan yang kita imani, karena hanya bersama dia kita bisa
memperoleh anugrah kebebasan. Dan untuk mendatangkan anugrah kebebasan tentu
butuh ketabahan dan terus mengorbankan tenaga dan waktu demi mewujudkan ideologi sesunggunya terhadap masyarakat madani yang hendak menentukan nasib sendiri.
Tanggunjawab kita bersama adalah kita harus mencegah seks bebas,
Minuman beralkohol, kecemburuan sosial, iri hati, konflik sosial dan pembunuhan
sadis sesama etnis di atas Tanah yang kita cintai ini, agar semakin terhindarnya
hal-hal yang destruktif sesama etnis dan suku dalam kehidupan menjadi tanggungjawab bersama demi menjaga
perjuangan damai ini.
Setiap aktivis harus bertumbuh dalam Iman dan
Kepercayaan menurut agamannya masing-masing dari Tuhan yang kita Imani sambil menantikan kemerdekaan sesunggunya. Dan selalu membuat suatu langkah yang bergerak dinamis terhadap rakyat adalah peran penting demi
menjaga komitmen perlawanan menuju kelangsungan hidup bangsa.
Tak ada alasan yang menjadi batu sandungan dalam perjuangan hidup
menuju penentuan nasib sendiri. Meskipun hanya berlandaskan pada kekuatan pikiran dan konsep yang ada pada kita. Namun, hidup manusia dunia tidak
akan membutuhkan kemampuan setinggi langit, melainkan komitmen perlawanan secara pasif dan bermartabat
yang membuat suatu perubahan yang signifikan dan mendasari pada nilai-nilai spiritual dalam perjuangan bersama.
Dengan melihatnya kondisi dan situasi saat ini, kita seakan-akan
menjadi bangsa yang terkutuki, akibat tindakan dan perbuatan dari diri kita sendiri
selama ini. Artinya, mungkin kita sudah melanggar ketentuan dari sang ilahi
yang bertentangan dengan sumber kebenaran yang ada dalam kitab suci, sehingga
itulah menjadi hal kemunduran mewujudkan impian kita. Sebab kita belajar dalam perjuangan
ini secara alkitabiah sangat kontroversi sehingga dapat ditelusuri dari hukum
taurat dan kitab para nabinya sebagai bahan perenungan dalam sepanjang
perjuangannya.
Hal-hal kecil yang perlu diintrospeksi bersama dan kembali berkonsolidasi
perjuangan-Nya sambil memperjuangkan hak menentukan nasib sendiri. Sebab
kemerdekaan dibutuhkan kepadatan penduduk dari orang-orang yang mempunyai bumi
itu. Angka kematian orang pribumi juga semakin tinggi dan angka kelahiran manusia semakin menurun.
Seringkali kita mengatakan bahwa, tanah ini milik kami, tetapi ungkapan hal itu
hanya termotivasi pada tawaran yang seakan menjadi gula-gula manis.
Mobilisasi para aktivis dalam perjuangan adalah jalur terbaik
untuk mencapai hak penentuan nasib sendiri yang diperjuangkan kita bersama. Dan
kehadiran para aktivis adalah demi mewujudkan reformasi dalam kehidupan sosial,
terutama kepada bangsa papua. Nasib sendiri harus diperjuangkan oleh seluruh
masyarakat beserta para aktivis untuk mencapai kemerdekaan secara komprehensif
dan radikal di atas negerinya sendiri.
Di dalam terang Iman Kristen, kita mengakui bahwa HAM bersumber
dari Allah yang memiliki kedaulatan secara Universal. Jadi tidak ada seorangpun
berwenang untuk membatalkan atau mengurangi hak-hak tersebut kecuali ALLAH
SENDIRI. Pelanggaran terhadap HAM merupakan pelanggaran terhadap ketetapan
Allah.
Sesungguhnya pelanggaran HAM telah terjadi sejak adanya
masyarkat di diatas bumi ini. Dahulu pelanggaran HAM dilakukan berkisar pada
perbudakan atau diskrimanasi rasial. Sekarang pelanggaran HAM yang terjadi
lebih bersifat sistemik dan terstruktur.
Misalnya, pelanggaran dilakukan dengan menyusun peraturan atau
perundang undangan yang merugikan bahkan menindas orang kecil. Tindakan yang
membiarkan terjadinya kekerasan juga merupakan pelanggaran HAM.
Tuhanlah yang menciptakan manusia, dan kembali nafas terakhir
pun kembali kepada-Nya; oleh karenanya, diperkuatkan Iman yang teguh untuk mengalahkan
kejahatan dunia melalui perlawanan secara bermartabat dari diri kita sendiri.
Dan kita harus mengedepankan nilai-nilai moral dalam perjuangan ini, sebagai
kewajiban yang harus dimiliki untuk mencapai anugrah kebebasan yang
diperjuangkan saat ini.
By: Awimee
Gobai / Pecinta Alam
Papua