" Memahami Akulturasi Budaya Terhadap Budaya Injil "
AWEIDA-News, Pada era globalisasi ini, perlu membudayakan diri dengan
budaya injil yang sudah ada, sebelum dikerjakan hal-hal lain yang menjadi
kewajiban dalam setiap upaya. Budaya bangsa berbicara tentang kebiasaan hidup
manusia yang melekat pada diri seseorang yang terdapat pada suatu wilayah, daerah dan kampung kami masing-masing. Dan budaya bangsa juga tak terluput dari kebiasaan hidup diri seseorang selama dirinya masih hidup di dunia. Dalam hal ini, sebelum
kita akan mempelajari definisi dari budaya bangsa tentunya kita mendalami
definisi dari budaya itu sendiri.
Budaya adalah suatu cara hidup yang
berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari
generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk
sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan,
dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak
terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya
diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan
orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya,
membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Saat ini, kehidupan orang papua merasa terhimpit dan
terdesak, dengan dominannya berbagai denominasi aliran agama di wilayah yang
kita huni saat ini. Sebab banyaknya, denominasi ajaran agama yang bisa memutarbalikan
paradigma berfikir yang fundamental pada budaya sesunggunya. Injil sudah ada sebelum para Missionaris membawa agama di
Tanah Papua. Dan budaya peran para leluhur identik dengan injil yang
dibawa oleh para Missionaris pada beberapa tahun yang lalu itu.
Mengapa katakan demikian? Orang
berbicara tentang kasih Tuhan dalam versi Alkitab, tentu para leluhur juga
telah melakukan dan menjalankan selama berabad-abad hingga sampai pada abad pertengahan masuknya injil. Injil bukanlah suatu simbol yang bertentangan dengan budaya lokal
yang terdapat dimana kita huni, melainkan dapat menyesuaikan dengan budaya injil yang berprinsip tradisional.
Yang menjadi persoalan buat masyarakat
papua sekarang adalah kita sering mengabaikan budaya yang benar-banar
seharusnya, kita sesuaikan dengan versi Alkitab. Bahkan terkadang kita
melupakan budaya kita sendiri, lalu hidup ketergantungan dari budaya asing yang menjadi leluasa.
Seringkali kami beranggapan bahwa
budaya itu, sesuatu yang dianggap primitif atau tidak berguna, akan tetapi kita memahami secara universal tentang budaya tentunya makna yang sangat signifikan dan urgen. Jika kita
hanya berpijak pada era modern saat ini, budaya tentu akan menuntut dimanapun
kita berada. Lagi pula, umur kita pun akan terbatas, akibat kedidaktaatan pada
budaya peran para leluhur yang beridentik budaya injil yang seharusnya diprioritaskan sepanjang hidup. Disimaknnya, kita orang papua
hidup hanya tergantungan dari budaya orang lain, selagi kami masih menunggu dalam kondisi penantian ini.
Kehidupan generasi saat ini, telah
berdampak dekadensi nilai-nilai kultur yang semestinya dipertahankan dan dilestarikan sebagai warisan dari tua peninggalan bagi negerasinya. Perlu kita sadari dan mengembangkan budaya
yang benar itu, serta dapat melestarikan dan mempraktekan secara universa,
tanpa terpengaruh dengan akulturasi budaya. Perbadingan budaya para leluhur
identik dengan injil yang di bawah oleh Para Misionari beberapa tahun yang lalu
di Papua. Injil sebagai sebuah simbol atau kompas perlawanan yang akan terjadinya
akulturasi budaya luar.
Alkitab dan Alquran menjadi pedoman dan
bahan refleksi buat generasi penerus papua serta diversikan dengan budaya para
leluhur yang sesunggunya. Yang perlu kita atasi bersama adalah budaya perang
saudara atau konflik sosial yang sering terjadi di Bumi Cendrawasih, terutama
daerah-daerah pedalaman Papua. Seharusnya, budaya perang suku atau perang
keluarga itu, tentu mempunyai kaidah-kaidah atau aturan-aturan perangnya. Namun
perang yang sering terjadi di papua saat ini, tidak sesuai dengan perang para
leluhur sebelum masuk injil. Maka itulah yang dikatakan akulturasi budaya
tercemar di Bumi Cenderawasih.
Dapat disimpulkan bahwa, setiap suku
bangsa mempunyai budaya tersendiri yang masih abadi. Dengan adanya budaya injil dapat dilestarikan, dikembangkan dan dipertahankan oleh setiap suku bangsa. Budaya injil adalah berkat anugrah dari TUHAN kepada bangsa papua yang mempunyai budaya peran para leluhur. Semuanya itu dapat dirawat, diwariskan kepada generasi-kegenerasi berikutnya. Yang menjadi kewajiban bersama adalah merenungkan dan mempelajari sepuluh firman TUHAN dalam kitab keluaran yang terdapat pada pasal yang ke-20:1-10, itu menjadi bahan perenungan tersendiri bagi setiap individu, terutama kepada anak-anak negeri yang mempunyai bumi diatas Tanah Kelahiran-Nya.
By: Awimee Gobai / Pecinta Alam Papua
By: Awimee Gobai / Pecinta Alam Papua