Mecky Okto |
Dinamika Pemilihan Kabupaten Paniai
Aweida Papua, Hari ini rakyat Kabupaten Paniai dengan senang
hati dan gembira atas kemenangan pasangan calon kakak Meky Nawipa dan
Oktopianus Gobai melalui keputusan akhir dari Makhama Kontitusi (MK). Hasil
kemenangannya akan dirayakan dan disambut baik oleh masyarakatnya dengan
menggenakan busana adat (KOTEKA-MOGEE) pada saat hari pelantikan. Kemudian
rakyat dari suku bangsa (Mee) yang berasal dari Kabupaten Deiyai juga
menantikan pemimpin terpilih mereka sesuai mekanisme bebas demokrasi yang
disaksikan pada saat pembacaan hasil perolehan suara dilapangan melalui KPU
Kabupaten Deiyai. Hasil keputusan dapat dibacakan dan diumumkan oleh Makhama
Kontitusi (MK) yang menangani persoalan sengketa PILGUB & PILKADA di
seluruh wilayah di Indonesia.
Yang terpilih adalah kerinduan kita,
kesenangan kita, kemauan kita melalui pesta demokrasi yang kita memilih dan
menentukannya. Begitupun Bapak, Hengky Kayame dan Yeskel Tenouye juga adalah
pempin yang diinginkan, dirindukan dan dikagumi oleh rakyat Kabupaten Paniai
selama masa kepemimpinan satu periode yang lalu. Soal menang dan kalah itu
bukan hal persaingan untuk merebut barang peninggalan orangta kita sehingga
menimbulkan permusuhan, perbedaan, dan perpecahan diantara kita. Tetapi
menerima hasil kemenangan dan kekalahan dengan ungkapan “syukur” sambil
bergandengan tangan membangun kabupaten Paniai ke arah yang restorasi bangsa
tanpa merasa diuntungkan dan dirugikan karena kepentingan hal duniawi. Sebab
menang dan kalah bukan hasil akhir yang kita inginkan untuk perubahan daerah
tetapi awal mulainya proses pembangunan berbasis kultur sambil memikirkan
keselamatan manusia dan proses pembangunan dari perkembangam zaman semakin
global.
Untuk rakyat Kabupaten Paniai (MEE), mampu
memelihara dan mengontrol dirinya dari pengaruh sosial yang sering terjadi
dalam kehidupan bersama seperti hal kemunafikan, kritikan, perkataan dusta,
merendahkan derajat harkat/martabat pemimpin kita, cemohan, Iri hati dan jiwa
dengki karena kepemimpinan dari pemimpi kita tidak menyentuh hati rakyat. Yang
terpilih adalah kerinduan, kesenangan dan kemauan kita melalui proses pesta
demokrasi yang bebas memilih dan dipilih sesuai kepuputusan dari masyarakat
yang ada disetiap pelosok . Sesuai hasil pemilihan telah memilihan dan menentukan
pemimpin kita; mulai dari bupati kabupaten paniai priode pertama, Bapak Karel
Temutipiya Gobai, Yanuarius Douw, Nafali Yogi, Hengky Kayame dan yang baru
terpilih Mecky Nawipa untuk satu priode yang akan datang. Kita sudah merasakan
dan menikmati hasil kepemimpin mereka selama ini. Asalkan rakyat dan bangsa
(MEE) mengakui dan menghargai pada kepemimpinan mereka selama ini. Mereka
adalah pempinan yang kita rindukan, diinginkan, dan dirasakan, dinantikan jauh
sebelum terpilihnya sebagai pemimpin baru. Oleh karena itu, segala konsekuensi
baik untuk ingin ada perubahan daerah atau pun tidaknya tergantung hak pilihnya
kita.
Setiap pemimpin memiliki gaya dan cara
kepemimpinanya tersendiri baik merasa diuntungkan maupun dirugikan untuk
kepentingan masyarakatnya. Tetapi itulah konsekuensi kita yang merindukan,
menantikan pemimpin baru ataupun yang lama asalkan menyambut pemimpin yang
terpilihnya melalui pesta demokrasi dengan ungkapan "syukur"
memikirkan masa depan rakyat suku MEE yang terbebas dari penyakit sosial untuk
menjadi bangsa yang memiliki kakinya berdiri diatas negeri kita (BERDIKARI).
Pemimpin bukan penguasa yang memerintah
sewenang-wenang. Dan pemimpin juga terbebas dari paham hedonisme, materialisme,
egoisme, diskriminasi, dan nepotisme yang tidak mengutamakan kepentingan
dirinya. Yang wajib diperjuangkan adalah melihat dan melayani masyarakat sesuai
keberadaan hidup jiwa-jiwa manusia yang membutuhkan pelayanan secara total dan
radikal. Tidak semua orang yang ada di dunia ini luar biasa tetapi di dalam
kehidupan manusia membutuhkan orang yang bias dari luar adalah mereka yang
memiliki hati dan jiwa melayani, mengabdi, berpeduli, dan mengakui kondisi
hidup keluarga, sukun dan bangsa pada umumnya untuk menyelamatkan generasi muda
yang merindukan jaminan kehidupan dan kelamatan di bumi pada akhirat.
Pemimpin yang terhebat dan dihormati
adalah sosok pemimpin yang mengerti keberadaan hidup rakyat dan sangat dewasa
dalam hal kemampuan untuk memimpin, mengatur dan mengorganisir sesuai
seluk-beluk kepemimpinan di suatu daerah. Yang saya mengakui dan memberi pujiaan
dan kebanggaan kepada seseorang bukan dari pandangan oposisi atas kepentingan
individual atau dinasti melainkan menilai seseorang dari sudut pandang
universal dan independen. Tidak ada unsur kepentingan dalam golongan suku, marga dan fanatisme buta dalam kepemimpinan seseorang. Semoga TUHAN melihat kerinduan dan harapan kita terbebas
dari paham-paham hedonisme, materialisme, nepotisme, dan diskriminasi yang
merusak citra diri hanya karena kepentingan duniawi dalam konteks kepempimpinan
suatu Wilayah dan Daerah di Indonesia.
Disposakan: Aweida Papua