Bebaskan Papua Dari Budaya Malas Kerja Dalam Kehidupan Ekonomi
By: Jachob T Gobai (
Refleksi Ekonomi)
Aweida Papua, Ekonomi berbicara tentang kehidupan manusia. Manusia hidup
tanpa kebutuhan ekonomi tidak dapat hidup sendirian. Ibaratnya, satu unit
komputer dilengkapi dengan sistemnya tetapi salah satu alatnya rusak diantara
komponen tidak dapat berjalan dan hidup kembali. Begitu pun dalam kehidupan
ekonomi dalam rumah tangga maupun perdagangan antara negara. Bahwa kemerdekaan
suatu bangsa juga ditentukan dari peran ekonomi mikro sangat berpengaruh
dibidang ekonomi yang berbicara tentang kehidupan manusia.
Orang papua itu
cerdas, pintar, ulet dan mampu mengelola segala sumber daya yang ada didalam
lingkungan sekitarnya. Namun, orang papua itu belum bisa melawan dan
menghilangkan budaya malas kerja membuat banyak orang bisa hidup dari hasil
ketergatungan. Budaya malas menjadi penghalang dan penguasa terhadap bangsa
papua. Budaya malas keras mampu mengisap seluruh energi kita dari penyakit
sosial yang leluasa diatas Tanah ini.
Sebagai seorang
ekonom masih bertanya-tanya untuk ingin mengetahui jumlah orang papua yang
sukses dari pengembangan Ekonomi Mikro dalam rumah tangga maupun Makro ekonomi
secara umum diatas Tanah Papua. Terlihatnya, masyarakat papua menjadi penonton
setia dan budak-budak konsumtif ditengah-tengah keterpurukan dan kemiskinan
dalam kehidupan ekonomi. Dari sisi pengembangan dan revitalisasi ekonomi mikro
saja sangat ketergantungan dari sumber OTSUS, APBD dan APBN. Tidak seorang pun
penguasa pribumi yang berpikir untuk selamatkan manusia dan Tanah Papua dari
ancaman global dari pasar persangan di dunia pada masa ini. Dengan adanya perjuangan
ekonomi mandiri dari masyarakat pribumi dapat memerdekakan ekonomi dalam rumah
tangga.
Orang papua yang
punya energi untuk bekerja, berkebun, bertani, nelayang, meramu dan memelihara
ternak itu semuanya seakan menjadi bias konsumtif dari pedagang kapitalisme
dari berbagai negara diatas negeri ini. Masyarakat papua belum berhasil
memiliki daya juang untuk melawan kompetisi ekomomi yang berasal dari manca
negara atau luar negeri sehingga budaya malas kerja seakan menjadi raja bagi
orang papua. Biarlah semuanya ini boleh terjadi sementara waktu tanpa
mendominasi peran ekonomi global diatas negeri ini.
Tuhan masih mengasihi
kita untuk melawan Budaya Malas kerja yang sudah melekat pada diri kita diubah
menjadi pesaing-pesaing atau kompetitor-kompetitor yang mampu mendistribusikan
kehidupan keluarga dan bangsa pada umumnya. Bila suatu kelak TUHAN mengendaki
kita terbebas dari penjajahan dan kapitalisme global. Dan saya diangkat menjadi
Menteri Perekonomian atau Menteri Perdagangan Hubungan Internasional dari
negara kita, maka bangsa papua akan menjadi Tuan diatas negerinya sendiri
sambil memusnahkan budaya malas kerja bagi bangsa papua sesuai impian dan
harapan diatas negeri ini.
Apa yang kurang,
sementara segala sumber daya sudah terpenuhi dan berlimpah diatas negeri ini.
Yang harus diatasi bersama adalah Budaya malas kerja dari penyakit sosial
diatas negeri ini. Semoga bangsa papua bukan menjadi budak-budaknya penguasa
diatas negeri ini tetapi mampu menghidupi keluarga dan bangsanya dengan peran
ekonomi mikro yang dihasilkan dari kemampuan kerja.
Disposkan: Aweida Papua