Multi Persoalan Ulah Dari Perbedaan Ideologi Dalam Kehidupan Demokrasi
Aweida Papua, Pada kenyataan
dalam kehidupan demokrasi ini, ada berbagai persoalan yang sering terjadi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Dan didalam kehidupan demokrasi tentu
memiliki perbedaan ideologi yang berlainan dalam kehidupan. Demokrasi
dapat dirasakan secara merata bila seluruh warga negaranya memiliki satu
ideologi. Namun, ideologinya lebih dari satu, tentu dalam kehidupan demokrasi
biasanya mengalami krisis demokrasi yang masih tersimpan dari beragam ideologi.
Semua masalahnya berawal dari paham ideologi yang berlainan dan bertentangan
dengan ideologi milik sebagian bangsa yang hendak mendirikan sebuah bangsa dan
negara tersendiri.
Kesedihan dan jeritan melanda, kemudian impian dan harapan
hidup bagi suatu bangsa diabaikan, dan dianggap remeh. Sepertinya hidup sudah
tak lagi bermakna, ruang hidup terusik industri, persaudaraan pun renggang yang
ada hasrat demi dunia, harta, dan kekuasaan. Tak seorang pun penguasa yang
dipikirkan untuk menyelamatkan manusia tersisah yang menghendaki kebebasan
hidup. Mereka termotivasi dengan ideologi pejajah sehingga adanya gairah untuk
memperjuangkan keadilan dan perdamaian seakan menjadi sebuah wacana yang
meloloskan kepentingan diri yang bermuara pada individualisme, egoisme,
hedonisme dan pahan materialisme dalam kehidupan demokrasi ini.
Janganlah kita hidup dibawa penguasa yang tidak memiliki
jiwa kemanusiaan demi keadilan ini. Tidak ada istilah damai, tenang, tentram
dan bahagia sementara bangsa tertentu masih hidup dibawa rintian dan tangisan.
Selama kita hidup bersama bangsa penjajah dan perampok tidak mungkin kita hidup
dalam kondisi yang damai dan tenang. Justru mereka memperalatkan dan
memperdayakan sebagian pemimpin atau penguasa kita itu sengaja membiarkan
dan memelihara berbagai konflik. Ada pula yang dapat mati demi kepentingan persoalan
ideologi pembebasan bangsa.
Pemimpin kita tentunya mereka harus memiliki jiwa
kemanusiaan dan lebih berpro terhadap keluarga, suku dan bangsa pada umumnya
demi penyelamatan seluruh makhluk ciptaan termasuk manusianya. Kita masih hidup
dibawa penjajahan dan negara-negara imprealis dan kapitalis menguras seluruh
sumber daya alam milik kita demi kemakmuran dan kesejahteraan seluruh negara
asing dibelaham dunia dan penjajah. Berbagai modus dan strategi selalu
diterapkan hanya untuk meredahkan atau memadamkan aksi yang dilakukan
oleh kaum terjajah yang hidup diatas tanah ini.
Atas nama kepentingan negara melalui hubungan bilateral
kita diperkosa, diculik dan dibunuh hingga semua makhluk ciptaan diremukan
termasuk manusia terjajah diatas negeri ini. Kita bisa melihat dan menyaksikan
hal kenyataan dalam kehidupan sistem demokrasi ini. Masyarakat pribumi yang tak
berdosa dan bersalah dapat ditembak atas nama negara dan melindungi ideologi
penjajah diatas Tanah Papua. Kemudian Implementasi UUD dan penegahkan Hukum
sangat mudah digadai dengan "money
politik" semasa era globalisasi
ini. Rakyat yang memiliki hak berdemokrasi dan bebas mengemukakan pendapat
terus dicurangi dan diredupkan atas kepentingan setiap stakeholders yang
berkuasa dinegeri ini.
Seluruh makhluk hidup sementara dipunahkan oleh karena rasa
tamak untuk menguasai bangsanya dari atas miliknya bangsa terjajah. Proses
aneksasi betul-betul dirasakan oleh bangsa terjajah melalui ekspansi penduduk
kaum migran secara besar-besar diatas tanah ini. Setiap bangsa yang sudah
sekian lama mengalami kesiksaan dan keresahaan hidup wajib membela diri untuk
membebaskan bangsanya. Tidak ada perkataan yang bisa dimunculakan oleh siapun
untuk menyerahkan tanah ini. Lakukan suatu tindakan sebagai tanda perlawanan
terhadap penjajah dan perampok yang leluasa di bumi ini. Dia datang seperti
malaikat maut yang melayang-layang untuk menghabisi seluruh makhluk ciptaan
kita.
Kekuatan bangsa terjajah dan termargil hanyalah ditangam
TUHAN sambil memperjuangkan hal ideologi kemerdekaan itu. Tak ada jalan solusi
yang kita bisa temukan selain didalam Kristus yang mempunyai kuasa kemuliaan
Allah. Bangsa terjajah dan termarginal wajib melakukan doa puasa menyangkut hal
pembebasan agar ideologi sesunggunya yang terpendam dalam benak kita dapat
dinyatakan dalam kehiduapan bersama. Kita harus merenungkan perjuangan bangsa
Isreal keluar dari perbukaan Mesir. Dan terus mempelajari metode dan taktik
perjuangan yang dilakukan oleh Nelson Mandela yang membebasakan bangsanya dari resim
Aparteid. Kemudian perjuangan India oleh Muh.Gandhi dengan metode perjuangan
secara pasif dan perjuangan Polandia dengan boikot BISNIS milik komunis di kota
Warsawa.
Sangat terinspirasi dan termotivasi ketika kami meresapi
renungan tentang masa-masa perbudakaan dan penindasan yang dialami oleh bangsa
Israel pernah hidup dibawa penguasa Firaun di kerajaan Mesir. Dan dikaitkan
dengan perjuangan bangsa papua untuk memisahkan diri dari proses penjajahan dan
kapitalisme global di bumi cendrawasih ini. Oleh karena itu, jangan pernah
mengeluh dan bersungut-sungut bagi bangsa terjajah dan termarginal sebab Allah
memperhatikan penderitaan kita untuk mengakhiri segala persoalannya. Ideologi
pancasila bukanlah ideologi bangsa kita tetapi kita terus memperjuangkan
ideologi bangsa kita guna memulihkan bangsa yang terbebas dari multi persoalan
di Tanah Papua
Disposkan: Aweida Papua (aweidanews.blogspot.com)