Hidup Dari Kebun-Nya |
Dimanakah Sumber Hidup
Bagi Bangsa Pribumi..?
AWEIDA-News, Sumber kehidupan dapat diartikan
sebagai sesuatu yang dapat memengaruhi kehidupan seseorang atau sekelompok
orang atau suatu komunitas bilamana mereka tidak mendapatkan suatu barang atau
jasa dari sumber tersebut. Dalam konteks ini sumber kehidupan yang dimaksud
adalah sumber daya alam yang dapat diambil dan dijadikan sebagai bahan konsumsi
seperti makanan, minuman dan sumber daya hayati lainnya yang dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat pedalaman dan pesisir yang disebut penghuni diatas negerinya.
Dalam konteks sumber daya alam, sumber kehidupan dapat berupa sumber kehidupan yang memang langsung dari alam dan untuk memanfaatkan sumber-sumber tersebut diperlukan usaha, seperti menanam sayur-mayur, umbi-umbian, buah-buahan yang ada di hutan, madu, air dari mata air yang dapat langsung diminum, dan sebagainya. Selain itu, terdapat pula sumber daya hayati yang dibudidayakan untuk menghasilkan produk tertentu berupa barang atau jasa, seperti memproduksi ikan kolom, kandang ayam, bebek, babi dan usaha kios lainnya sehingga masyarakat pribumi dengan sendirinya siap bersaing secara sehat terhadap competitor-kompetitor lainnya.
Orang papua sudah dimanja dengan program otonomi khusus, sehingga pengaruh penjajahan dan kapitalisme global terus dialami. Manusia papua yang disebut penghuni atau pribumi kehilangan harga diri dan status sesunggunya diatas negeri ini. Yang dimaksud dengan kehilangan harga diri atau status bangsa adalah orang papua sangat mudah dirayu dengan tawaran dari kaum migran dan kapitalis sehingga tanah milik penghuni dapat dijual dengan harga yang bermurahaan di kota. Kini kaum migran dan para investor lebih berdominan dari pengnuni atau pribumi sehingga mereka yang menyebut diri pribumi tersisi dan tergarginal diatas negeri mereka.
Jika kita melihat dari sudut pandang secara menyeluruh setiap pinggiran kota diseluruh daerah di Tanah ini, sudah penuh dengan penyakit sosial dan penyimpangan sosial tanpa mengedepankan nilai-nilai kultur sebagai anugrah pemberian Tuhan kepada masyarakat pribumi itu. Harga diri dan status bangsa sudah dipengaruhi pada dunia perkembangan yang sangat glolal dan medern pada semasa kondisi penantian ini. Usaha untuk bersaing terhadap pedagang yang ada diatas ngeri ini, sangatlah terselung ruang geraknya. Yang masihdialami oleh bangsa papua adalah penyakit sosial dan penyimpangan sosial mulai dari papua diintegrasikan dalam NKRI sejauh ini.
Rakyat papua memiliki budaya berkebun, bertani, nelayan, meramu, pelihara ternak, dan lain-lain terhilang secara sekejab. Namun, rakyat papua pada masa kini dipengaruhi pada akulturasi budaya misalnya, budaya kerja fisik di kebun dipengaruhi dengan permainan totohan gelap (TOGEL), dan perjuadian lainnya sehingga kebiasaan tersebut menjadi jaminan hidup dalam rumah tangga bagi masyarakat pribumi. Hari-hari bermain dadu, togel, king dan permainan lainnya yang melemahkan darah untuk bekerja bagi kaum pribumi sehingga tanda-tanda proses penjajahan dan kapitalisme sudah nampak dalam kehidupan sosial terutama kepada bangsa pribumi (Papua).
Sekarang penyakit sosial lainnya yang masih ada ditengah masyarakat pribumi adalah masalah pelacuran dan alkolisme yang terus bertumbuh terhadap mereka yang sudah dipengaruhi pada budaya akulturasi. Akibat dari pelacuran dan alkolisme banyak generasi pribumi berusia dini tak dapat menghasilkan keturunan bangsa, suku dan keluarga semasa ini. Sangat jarang menemukan mereka yang masih memegang budaya berkebun, bertani dan mata pencaharian lainnya sebagai jaminan hidup yang diwariskan oleh para leluhur terhadap generasinya. Hidup dari sumber alami kehilangan secara sekejab bagi manusia yang hidup dari tangisan, ratapan, rintian dan proses penderitaan diatas negeri mereka. Sumber hidup sesunggunya sangat jarang dimiliki dan terus diabaikan oleh mereka yang termotivasi pada hidup ketergantungan diatas negeri ini.
Mampukah rakyat papua mewujudkan impian kemederdekaannya semantara masyarakat pribumi hidupnya ketergantungan dan kondisi perkembangan ekonominya sangat konsumtif dari hasil produksi kaum penjajah dan kapitalis diatas negerinya..?
Sadar atau belum menyadari sebagai manusia yang memiliki hikmat dan akal budi dapat menikmati kondisi seperti yang dialami oleh kaum terjajahah dan termarginal sebab pengaruh budaya akulturasi sangat wajar dialami sebagai bagian dari setingan. Manusia yang hidup dibawa setingan kolonialisme dan kapitalisme global dapat pula mempertimbangkan penyelamatan untuk masa depan bangsa dan keluarga. Hidup bukan dari ketergantungan melainkan berdaya diatas sumber hidupnya tanpa dipengaruhi dari perkembangan dunia yang semakin global diatas negeri ini.
Dalam konteks sumber daya alam, sumber kehidupan dapat berupa sumber kehidupan yang memang langsung dari alam dan untuk memanfaatkan sumber-sumber tersebut diperlukan usaha, seperti menanam sayur-mayur, umbi-umbian, buah-buahan yang ada di hutan, madu, air dari mata air yang dapat langsung diminum, dan sebagainya. Selain itu, terdapat pula sumber daya hayati yang dibudidayakan untuk menghasilkan produk tertentu berupa barang atau jasa, seperti memproduksi ikan kolom, kandang ayam, bebek, babi dan usaha kios lainnya sehingga masyarakat pribumi dengan sendirinya siap bersaing secara sehat terhadap competitor-kompetitor lainnya.
Orang papua sudah dimanja dengan program otonomi khusus, sehingga pengaruh penjajahan dan kapitalisme global terus dialami. Manusia papua yang disebut penghuni atau pribumi kehilangan harga diri dan status sesunggunya diatas negeri ini. Yang dimaksud dengan kehilangan harga diri atau status bangsa adalah orang papua sangat mudah dirayu dengan tawaran dari kaum migran dan kapitalis sehingga tanah milik penghuni dapat dijual dengan harga yang bermurahaan di kota. Kini kaum migran dan para investor lebih berdominan dari pengnuni atau pribumi sehingga mereka yang menyebut diri pribumi tersisi dan tergarginal diatas negeri mereka.
Jika kita melihat dari sudut pandang secara menyeluruh setiap pinggiran kota diseluruh daerah di Tanah ini, sudah penuh dengan penyakit sosial dan penyimpangan sosial tanpa mengedepankan nilai-nilai kultur sebagai anugrah pemberian Tuhan kepada masyarakat pribumi itu. Harga diri dan status bangsa sudah dipengaruhi pada dunia perkembangan yang sangat glolal dan medern pada semasa kondisi penantian ini. Usaha untuk bersaing terhadap pedagang yang ada diatas ngeri ini, sangatlah terselung ruang geraknya. Yang masihdialami oleh bangsa papua adalah penyakit sosial dan penyimpangan sosial mulai dari papua diintegrasikan dalam NKRI sejauh ini.
Rakyat papua memiliki budaya berkebun, bertani, nelayan, meramu, pelihara ternak, dan lain-lain terhilang secara sekejab. Namun, rakyat papua pada masa kini dipengaruhi pada akulturasi budaya misalnya, budaya kerja fisik di kebun dipengaruhi dengan permainan totohan gelap (TOGEL), dan perjuadian lainnya sehingga kebiasaan tersebut menjadi jaminan hidup dalam rumah tangga bagi masyarakat pribumi. Hari-hari bermain dadu, togel, king dan permainan lainnya yang melemahkan darah untuk bekerja bagi kaum pribumi sehingga tanda-tanda proses penjajahan dan kapitalisme sudah nampak dalam kehidupan sosial terutama kepada bangsa pribumi (Papua).
Sekarang penyakit sosial lainnya yang masih ada ditengah masyarakat pribumi adalah masalah pelacuran dan alkolisme yang terus bertumbuh terhadap mereka yang sudah dipengaruhi pada budaya akulturasi. Akibat dari pelacuran dan alkolisme banyak generasi pribumi berusia dini tak dapat menghasilkan keturunan bangsa, suku dan keluarga semasa ini. Sangat jarang menemukan mereka yang masih memegang budaya berkebun, bertani dan mata pencaharian lainnya sebagai jaminan hidup yang diwariskan oleh para leluhur terhadap generasinya. Hidup dari sumber alami kehilangan secara sekejab bagi manusia yang hidup dari tangisan, ratapan, rintian dan proses penderitaan diatas negeri mereka. Sumber hidup sesunggunya sangat jarang dimiliki dan terus diabaikan oleh mereka yang termotivasi pada hidup ketergantungan diatas negeri ini.
Mampukah rakyat papua mewujudkan impian kemederdekaannya semantara masyarakat pribumi hidupnya ketergantungan dan kondisi perkembangan ekonominya sangat konsumtif dari hasil produksi kaum penjajah dan kapitalis diatas negerinya..?
Sadar atau belum menyadari sebagai manusia yang memiliki hikmat dan akal budi dapat menikmati kondisi seperti yang dialami oleh kaum terjajahah dan termarginal sebab pengaruh budaya akulturasi sangat wajar dialami sebagai bagian dari setingan. Manusia yang hidup dibawa setingan kolonialisme dan kapitalisme global dapat pula mempertimbangkan penyelamatan untuk masa depan bangsa dan keluarga. Hidup bukan dari ketergantungan melainkan berdaya diatas sumber hidupnya tanpa dipengaruhi dari perkembangan dunia yang semakin global diatas negeri ini.
By: : Tamogei Gobai (Pecinta Alam Papua)