AWEIDA-News, Kelompok
mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) menggelar aksi
unjuk rasa di beberapa kota studi yakni, Kota Yogya, Solo, Salatiga dan Kota
Malang. Massa berjumlah ratusan orang itu menuntut pemerintahan Presiden Joko
Widodo-Jusuf Kalla menghentikan apa yang bangsa papua adalami yang sebut dengan
pemusnahan etnis Melanesia.
Massa
Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) juga menyampaikan ingin menyuarakan perjuangan kemerdekaan
Bangsa Papua Barat melalui pengakuan berdasarkan Pelanggaran HAM berat selama
ini. Sebab menurut kordinator aksi, sejak papua diambil alih dari tangan
Kerajaan Belanda, kemudian papua dicablok dengan invasi militer Indonesia
sehingga kehidupan bangsa papua tidak pernah membaik selama ini.
“Pencaplokan
yang didasari atas kepentingan politik Indonesia dan ekonomi Amerika Serikat
telah memusnahkan 500 ribu jiwa bangsa papua rakyat dibunuh dan dimusnahkan.
Kemudian menurunnya populasi orang asli Papua secara drastis,” kata juru bicara
Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) saat orasi berlangsung.
Dengan
diterimanya bangsa Papua Barat menjadi anggota MSG, AMP berharap negara-negara Melanesia
membantu Bangsa Papua, agar melepaskan diri dari penjajahan Indonesia yang
malah menghancurkan kualitas dan kuantitas orang Melanesia di Tanah Papua.
Istilah
Melanesia atau Pulau Hitam, berdasar Wikipedia, digunakan menyebut sebuah
wilayah yang memanjang dari Pasifik Barat sampai Laut Arafura, yang posisinya
sebelah utara dan timur laut Australia. Istilah ini pertama kali digunakan oleh
Jules Dumont d'Urville pada 1832 menunjuk etnis berbeda dari Polinesia dan
Mikronesia. Menurut Kehidupan sosial budaya, etnis sehingga kami menunggu
pengakuan dari negara Indonesia.
“Stop
pemusnahan etnis Melanesia! Papua zona darurat. West Papua Back to Family,”
kata orator didepan massa ribuan orang.
Selama
in, banyak aktivis Papua Barat ditangkap karena menyuarakan kemerdekaan dan
kebebasan. AMP ingin masyarakat Papua Barat kembali menyatu ke Melanesia,
kembali pada keluarga besarnya, dan berpisah dari Indonesia.
AMP
lebih lanjut menjelaskan, pengiriman militer pun hingga hari ini masih
dilakukan dengan tujuan memuluskan pembungkaman kemerdekaan West Papua 1
Desember 1961 dan tujuan jangka panjang Pemusnahan Etnis Melanesia di West
Papua, demi eksploitasi dan menguasai Sumber Daya Alam (SDA) West Papua.
Pembungkaman ruang-ruang publik dilakukan di seluruh wilayah Papua Barat dengan
kekuatan militer untuk menangkap dan memenjarakan, bahkan menghilangkan nyawa
para penyampain pendapat di muka publik.
“Misalnya,
30-1 Mei 2015, terjadi penangkapan besar-besaran, , 269 aktivis telah ditahan
karena bersama Rakyat Papua lainnya menggelar demonstrasi damai mengutuk
penyerahan kekuasaan atas UNTEA kepada Indonesia 1 Mei 1963, yang merupakan
penyelewengan hak politik Rakyat Papua yang sebelumnya telah merdeka tahun
1961,” tulis AMP lagi.
Lanjut
AMP, situasi Rakyat Papua diperparah dengan penembakan beruntun kepada Rakyat
Sipil yang dilakukan militer Indonesia di Nabire, membuat situasi Rakyat Papua
kini berada dalam kondisi 'darurat sipil' menjelang Konferensi Tingkat Tinggi
MSG (KTT MSG).
AMP menegaskan 3 Hal.
Pertama,
"ULMWP merupakan representasi Rakyat Papua dan Kami mendukung penuh
keanggotaan West Papua bersama keluarga besar Melanesia di Melanesian Spearhead
Group (MSG)," tulis AMP.
Kedua,
Rakyat Papua melalui ULMWP membutuhkan dukungan yang sebesar-besarnya dari
rakyat dan pemerintah negara-negara Melanesia untuk bergabung bersama keluarga
besar Melanesia melalui forum MSG.
Ketiga, “Papua
New Guinea (PNG), Vanuatu, Fiji, Solomon Island, dan New Caledonia wajib
bersuara demi membebaskan Rakyat Melanesia di West Papua dari Bahaya Pemusnahan
Etnis Melanesia oleh Negara Republik Indonesia,” tulis AMP.
AMP
menilai, ULMWP merupakan organisasi yang paling merepresentasikan keterwakilan
rakyat Bangsa Papua Barat dalam forum MSG sebagai organisasi sub regional
beranggotakan negara-negara Melanesia.
Demikian
aksi kami untuk menuntut pengakuan negara West Papua, bergabung bersama Melanesia Spread Group (MSG) melalui wadah ULMWP
sebagai lembagse refresentitif untuk kembali ke satu keluarga berdasarkan ras,
etnis dan budaya yakni, Melanesia bersatu. (AWEIDA)
Disposkan: AWEIDA-News