“HIDUP
MANUSIA HANYALAH SEMENTARA SAJA, DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA”
AWEIDA-News, Pada
mulanya, Allah menciptakan manusia serupa dan segambar yang sempurna dengan
karya dan kuasanya yang Maha dasyat. Dan Manusia diciptakan untuk saling menghidupi
sesama manusia sebagai makhluk sosial yang berakal budi dan
kebijaksanaan-kebijaksaan yang dianugrahkan oleh Allah Maha Pencipta. Manusia
hidup didunia ini, hanyalah sementara saja dengan apapun yang anugrahkan untuk
dipergunakan sementara hidup dibawah kolong langit. Meskipun ada banyak orang
didunia ini, belum memahami makna dari hidup sementara ini, namun kita ketahui
bahwa makna dari hidup ini adalah suatu anugrah yang berharga dan dinikmati
dengan suasana yang aman dan damai dalam kehidupan kita bersama.
Hidup
manusia hanyalah sementara saja menurut perkataan kaum moralis dan agamawan.
Dan kita sering dengar penyampaian kotbah dari Pdt, Pastor dan Ustat. Kemudia
dikabarkan bahwa, hidup manusia itu hanyalah sementara saja sesuai konteks
kebenaaran. Maka, mengapa kita tak pernah merasakan hidup ini sebagai suatu
anugrah?
Hidup
sebenarnya kita selalu mensyukuri kepada Pencipta atas segala yang dianugrahkan
dalam kehidupan kita semua. Dikarenakan hidup untuk saling menghidupi sesama
warga negara, sesama etnis, sesama keluarga dan siapa saja yang kita jumpai
selama kita berada didunia ini. Dan hidup ini juga dilarang untuk melakukan
hal-hal yang kurang membangun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bahkan
kita hidup didunia ini, sering kita menyia-nyiakan dengan semua yang
bertentangan dengan kebenaran. Semestinya, kita semua memandang ALLAH/AULAH
yang telah menciptakan kita sebagai manusia seutuhnya. Manusia adalah makhluk
yang sempurna untuk dapat membedakan mana yang baik dan yang buruk serta
diikuti dan ditaati pada intruksinya dari sumber kebenaran.
Suatu
keanehan yang timbul dalam kehidupan manusia dengan adanya tindakan
kriminalisasi sesama warga negara, sesama etnis dan satu individu dengan
individu lainya. Kemungkinan kehidupan manusia selama ini, belum mentaati dan
merenungkan dengan prinsip-prinsip sumber kebenaran. Kaum moralis telah
berusaha untuk mendamaikan berbagai persoalan yang selalu terjadi sepanjang
hidup ini. Namun penguasa dunia juga tak peduli dengan tawaran yang disampaikan
oleh kaum moralis itu. Kita adalah manusia sejati untuk saling menghargai dan
menanggapi pembicaraan seseorang untuk menyelesaikan semua yang dianggap
persoalan besar itu.
Jika
kita diangkat dan dipilih sebagai pemimpin pada suatu negara, wilayah dan
daerah, kita tidak bisa memerintah kehidupan berbangsa dan bernegara
dengan kehendak kita sendiri, melainkan disertai dengan sumber kebenaran. Agar
terciptanya, kehidupan yang aman dan damai sesama warga negara adalah upayah
yang musti diperjuangkan. Karena sesuai dengan judul diatas ini, juga menjadi
bahan pertimbangan bagi kita semua sebagai ciptahan yang mulia sesama manusia
didunia ini.
Saatnya
untuk buka ruang demokrasi seluas-luasnya, dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara saat ini. Sehingga apa yang menjadi persoalan besar itu, bisa
diselesaiakan secara radikal tanpa adanya mendua hati sesama manusia didunia
ini. Allah/Aulah tak berkenan sesama manusia saling membunuh dan dibunuh
sebagai ciptahan yang mulia, tetapi Allah/ Aulah berkenan, jika negara itu
saling mengakui dan diakui dengan persoalan ideologi yang dianggap belum
terselesaikan sepanjang ini. Oleh karenanya, semoga dengan masa kepemimpinan
baru yang akan kita dijalani itu, membuatnya perubahan dan dipertimbangkan
bahwa, hidup manusia hanyalah sementara saja. (AWEIDA)