“Konflik di Tanah Papua”
AWEIDA-News,
Konflik dapat diartikan sebagai suatu kondisi dimana terjadi ketiksamaan
persepsi, pandangan, perspektif antara satu pihak dengan pihak lainya yang
kemudian masing-masing pihak berusaha untuk membenarkan pendapatnya dengan cara
menyingkirkan pihak lawannya. Mengapa konflik dapat terjadi? Kita sebelumnya
telah mengenal dan mempelajari tentang terjadinya interaksi antara individu di
dalam masyarat. Masing-masing individu mimiliki sifat dan karakter yang
berbeda-beda. Ditambah lagi dengan tujuan dan kepentingan mereka yang tidak
sama pula.
Ketidaksamaan antarindividu itulah yang membuat merasa
terancam dengan eksistensi individu lainnya. Individu-individu tersebut lalu
berupaya dengan menggunakan berbagai cara untuk menyingkirkan pihak yang
menjadi lawannya. Konflik juga berdapak buruk terhadap suatu bangsa atau rumpun
yang masih membutuh kebebasan.
Tak dapat dipungkuri bahwa dalam kehidupan manusia
konflik selalu muncul, baik dalam kehidupan masyarakt, kelompok, individu,
bahkan antara bangsa di duniai sebagai bagian dari peradaban manusia. Sebab
koflik muncul sebagai akibat atau konsekuensi dari interaksi sosial. Dalam
perspektif manajen organisasi, konflik selain memberikan dampak negatif juga
mempunyai sisi positif bagi masyarakat. Sisi negatifnya karena dapat merugikan
bagi individu atau kelompok yang tidak sanggup mencari solusinya sehingga
konflik menjurus pada tindakan destruktif. Sedangkan sisi positifnya karena
konflik merupakan kegiatan dinamis masyarakat atau organisasi untuk
menghasilkan jalan keluar atau produk yang lebih berkualitas dan representatif
untuk mencapai tujuan yakni, independen.
Dampak dari konflik merujuk pada dekadensi populasi yang
ada diwilayah tersebut, terutama di wilayah papua baik dari sorong hingga
merauke. Papua juga merupakan negeri yang melimpah dengan kekayaan alamnya,
serta 250 suku etnis yang mendiami diseluh wilayah tanah papua, sebagai
identitas rumpun Melanesia.
Tanah papua adalah negeri yang dijanjikan oleh sang
pencipta kepada orang papua, rumpun Melanesia. Namun, koflik berkepanjangan
terus membara sehingga manusia papua tiap tahun, tiap saat dapat cekal bahkan
nyawa mereka tak berdaya karena tindakan militeristik yang sangat ekses. Banyak
hal yang patut untuk direnungkan dan dicermati dengan fenomena konflik sosial,
konflik komunal dan konflik kepentingan jalur ekonomi. Konflik-konflik itu,
semuanya terkontaminasi sehingga orang papua, rumpun melanesia kehilangan identitasnya
sebagai penghuni di Bumi Cendrawasih/
Apakah beberapa fenomena konflik diatas ini, merupakan
peristiwa yang bersifat insidental dengan motif tertentu dan kepentingan
sesaat, ataukah justru merupakan budaya dalam masyarakat yang bersifat laten.
Realitas empiris ini juga menunjukan kepada kita bahwa masih ada problem
mendasar yang belum terselesaikan, menyangkut penghayatan kita terhadap kaum
kapitalis, kaum migran, dan pada umumnya non papua. Akan ada moment yang tepat
untuk mengakhiri semua persoalan dan karena saat ini, masih berada dalam
konteks kolonial.
Dalam konteks pertama diperlukan cara penyelesaiaan
secara arif, bijaksana, agar tercipta suatu kedamaiaan dan harmonisasi
kehidupan masyarakt. Untuk mencapai cita- cita tersebut, diperlukan adanya
pemberdayaan rekonsiliasi bagi kalangan elite agama, masyarakat, politik dan
elite pemerintah untuk bersama-sama menyelesaikan kasus-kasus internal umat
beragama yang sedang mangalami penderitaan saat ini. Bila kita mengabaikan
konflik yang mengakibatkan nyawa manusia ini secara apatis, maka seakan-akan
kehilangan dehumanisasi sesama warga-negara, ras, dan sukunya menjadi
tanggungjawab kita bersama.
Dengan ada apa konflik terus -merus terjadi diberbagai
belahan dunia, terutama di negeri yang kita cintai? tentunya ada pandangan
diskriminasi, bahkan selalu diintimidasi dengan berbagai tindakan secara
brutal. Untuk meredahkannya, langka awal yang perlu di kembangkan adalah
menumbuhkan kesadaraan diri mengenai realitas pruralisme kehidupan. Ada
kesadaraan ini menjadi landasan cukup berarti bagi terciptanya dialog yang
benar-benar tumbuh dari kebutuhan mereka sendiri, yang pada giliranya
memberikan peluang untuk bersikap saling terbuka, jujur dan saling memahami
serta menghargai bangsa lain untuk menentukan nasib mereka.
Untuk itulah kekerasan demi kekerasan di tanah papua, diserukan kepada belahan dunia harus menginvestigasi dan intervensi atas berbagai persoalan yang sedang terjadi dinegeri papua barat, serta membebaskan mereka dari
berbagai koflik, ikatan belenggu kejahatan, sehingga merekapun mendapatkan hak
yang sama, disebut dengan "self determination atau penentuan nasib sendiri". (Admin/AWEIDA)