AWEIDA-News, Tondano-Sulut.Pada tanggal, 18 Oktober 2014 pukul 18.00 Wita, ada beberapa mahasiswa asal
Papua melaksanakan acara syukuran sesuai tradisi masyarakat Papua dengan cara
bakar batu, kemudian usai kegiatan syukuran minum-minum keras (miras) untuk
refresing bersama.
Kemudian
pada 19 Oktober 2014 pukul 03.00 Wita, mahasiswa Papua yang sudah terpengaruh
miras, turun ke pertigaan Kel. Tataaran II dan membuat keributan, karena
keadaan terganggu kondisi miras. Kemudian menyerang warga masyarakat Kelurahan
Tataaran, sehingga mengakibatkan munculnya korban antara lain: 1).Jon
Moningka dan Viki Rambing terkena lemparan batu dibagian kepala. 2). Meidy
Semampo (mahasiswa asal Sangihe), luka parang di bagian kepala.
Dengan
adanya korban dari masyarakat Kelurahan Tataaran II tersebut, menyebabkan warga
Kel. Tataaran II melakukan aksi balas dendam terhadap mahasiswa Papua sehingga
mengakibatkan 1 orang korban mahasiswa asal Papua tewas atas nama Fetius
Tabuni, (20 tahun, suku Dani, Kab. Lanijaya, Propinsi papua, mahasiswa
Politeknik.
Pada
pukul 04.00 Wita, mahasiswa asal Papua bersatu dan menyerang kembali masyarakat
Kelurahan Tataaran II dengan menggunakan batu karena merasa kecewa atas
jatuhnya korban teman-teman mereka. Serangan itu yang mengakibatkan,
beberapa rumah, kios, dan kendaraan yang diparkir warga Kelurahan Tataran II
mengalami kerusakan, serta membongkar dan mengambil barang-barang yang ada di
dalam kios dan membakar kayu, serta barang lain di pertigaan Jalan Tataaran
Vatar.
Pada
pukul 05.30 Wita, Kapolres dan Dandim 1302/Minahasa langsung berada di TKP dan
menenangkan masyarakat serta mahasiswa asal Papua. Situasi di lokasi kejadian
ini saat ini relatif kondusif dengan penjagaan aparat keamanan.
Sementara
itu, pada 19 Oktober 2014, pukul 10.00 s.d 10.30 Wita, di aula komplek asrama
mahasiswa Papua, Kel. Tataaran, Kecamatan Tondano Selatan, Kab. Minahasa, telah
berlangsung pertemuan antara Rektor Unima Tondano (Prof. Dr. Ph. ÈA. Tuerah,
MSi, DEA), Kapolres Minahasa (AKBP Ronald Rumondor), Dandim 1302 Minahasa
(Letkol Teguh Hery Susanto), dengan mahasiswa Papua yang dihadiri sekitar 150
orang mahasiswa Papua.
Dalam
pertemuan tersebut, Rektor Unima intinya menyampaikan agar mahasiswa tidak lagi
melakukan tindakan anarkis dan untuk kegiatan yang bersifat tradisi maupun
syukuran agar tidak menyediakan minuman keras.
Selain
itu, persoalan perkelahian tersebut agar sepenuhnya diserahkan kepada pihak
aparat kepolisian, dan bila penyampaian tersebut dilanggar, maka pihak Unima
akan mengambil tindakan tegas dengar mengeluarkan mahasiswa tersebut.
Data
yang dihimpun,AWEIDA-News; beberapa mahasiswa papua yang dapat luka-luka
sementara dilarikan ke - RSUD Malalayang, Manado untuk mendapatkan perawatan.
Mahasiswa
asal papua dari Tondano, Tomohon dan Manado dikumul kemarin sore, jam 4 sampai
selesai di Asrama kamasan 5 di Manado, dibawa payung Ikatan Mahasiswa
Indonesia Papua (IMIPA) untuk menceritakan kejadian sebelumnya, di Tondano. Dan
saat ini, mahasiswa asal papua berada di Honai Laki-laki, dan belum pastikan
keadaan teman-teman lain yang masih tinggal di Tondano.
“Kami
hanya inginkan perdamaian, semuanya kami serahkan ke pihak berwajib. Tidak ada
yang mau ini semua terjadi, kami hanya ingin ada perdamaian untuk
semua,” ujar ujar salah satu mahasiswa papua Ketua Ikatan Mahasiswa
Indonesia Papua (IMIPA) cabang Tondano, saat dijelaskan kepada media
ini, melalui via selulernya dari Unima Tondano, kepada pengelola media
ini.
Diharapkan
kepada semua pihak, baik warga tataaran, Tondano maupun kami mahasiswa asal
papua jangan terpancing dengan isu-isu yang kurang membangun sesama warga,
sehingga proses penyelesaikan masalah itu, diselesaikan melalui proses hukum,”
harapnya. (Admin/AWEIDA-News)