Vitor F Yeimo |
Aweida Papua--Orang yang selalu berbicara keadilan untuk kemanusiaan mereka wajib mempunyai punya kharisma yang
telah dianugrahkan oleh sang Pencipta dari semenjak kecil. Kharisma yang dimaksud adalah
pengolahan diri seseorang dimana, orang tersebut terus menerus mengembangkan
kelebihan dirinya, lalu bisa memancar keluar, membuat orang lain menjadi bisa
merasakannya kedalam dunia realitas. Dan dengan adanya kharisma dapat menciptakan sesuatu kepada umatnya agar kebebasan dan kemandirian tercipta bagi mereka yang hendak memisahkan diri
dari suatu kegelapan.
Setiap manusia mempunyai karunia
dan talenta yang telah dianugrahkan oleh pencipta. Tetapi tidak semua orang
mempunyai kharisma untuk membuat sesuatu kepada umatnya. Oleh karenanya, Mereka
yang punya kharisma tentu akan berupaya dalam cara apa pun, demi mengungkapkan
kebenaran kepada umatnya. Barangkali, mereka yang punya kharisma sering
dipandang pengacau, provokator, diskriminator dan makar. Itu kemungkinan
berpandangan dari penguasa dunia, hanya demi merebut kekuasaan sesaat.
Namun,
mereka yang punya kharisma tentu akan melawan serta semangat perjuangan mereka
tak akan berakhir hingga kapanpun. Perjuangan dalam penderitaan adalah suatu
kegiatan yang berdinamis dari kelompok komunitas. Walaupun mereka diancam,
dianiaya, dan diperbudak dengan berbagai tindakan secara sewenang-wenang.
Tetapi, itu tidak membuat mereka terlena dan putus asa dalam semangat
perjuangan mereka. Yang membuat komunitas lebih bersemangat dengan adanya
fundamental historis yang dijanjikan oleh para patriot yang berjasa, serta
penentuan nasib sendiri adalah solusi atas segala produk pemusnahan etnis.
Kharisma
dilandasi dengan kekuatan dan kebenaran demi menciptakan ketenteraman,
kedamaian dan kemerdekaan bagi umat yang diperbudak atau dijajah saat ini. Oleh
karenanya, Mereka tak akan menyerah dari penindasan, penjajahan, dan berbagai
tindakan brutal yang sementara terjadi di negeri Ufuk Timur. Kekerasan
terus-menerus terjadi pada suatu wilayah atau pun negara karena pandangan
diskriminasi rasial, bahkan sering dipandang primitif. Manusia adalah ciptaan
yang mulia untuk saling mengasihi, mengayomi dan menjaga sebagai bagian dari
kehidupan.
Dengan suara batin para pejuang bersama kelompok komunitas menyampaikan bahwa, penguasa dunia tidak ada
tawar-menawar dalam bentuk apa pun, baik otonomi khusus, UP4B dan Otonomi Plus.
Mungkin tawar- menawar terjadi karena penguasa dunia telah melakukan kesalahan
atau pembunuhan terhadap bangsa lain. Mohon maaf
“penguasa dunia” kita
bukan berada di pasar tawar-menawar dengan berbagai program melalui mekanisme
desentralisasi itu. Tak akan ada solusi yang bisa menyelesaikan persoalan
ideologi perjuangan papua selain penentuan nasib sendri.
Oleh karenanya,
mereka yang punya kharisma tentu akan melawan dan tidak akan menerima berupa
barang-atau jasa yang ditawarkan dan diberikan oleh penguasa dunia. Tetapi
mereka hanya menuntut pengakuan dari penjajahan dan pembantaian. Dengan
demikian sekaligus dibuka ruang demokrasi seluas-luasnya dengan menjamin hak persamaan rakya secara demokratis.
Disposkan: Aweida Papua