Headlines News :

.

.
Home » , , , , » Refleksi Misi Pelayanan Robert Alexander Jaffray Dari Canada, China dan Indonesia

Refleksi Misi Pelayanan Robert Alexander Jaffray Dari Canada, China dan Indonesia

Written By Aweida Papua on Minggu, 18 Februari 2024 | 19.37

MENGENAL MISI PERJALANAN REV. R.A. JAFFRAY

Robert Alexander Jaffray lahir dari keturunan yang berdarah Skotlandia berkembangsaan Kanada. Dia lahir dari keluarga gereja Presbriterian. Kakeknya, bernama William Jaffray dilahirkan di Thomasland, Skotlandia pada tahun 1790. William menikah pada usia lima puluh tahun dengan Margaret Heug, seorang perempuan yang berperawakan kecil. Setahun setelah pernikahan itu, lahirlah anak pertama mereka di Skeoch rumah pertanian mereka. Selanjutnya, setiap dua tahun mereka dikaruniakan anak-anak lain sehingga jumlah mereka semuanya sembilan orang, dua orang anak perempuan dan tujuh orang anak laki-laki. Kesembilan anak tersebut adalah; Janet, William, Margaret, John, James, Alexander, George, Thomas dan Robert. Ini adalah nama-nama yang lazim di negeri mereka. Dari Sembilan bersaudara tersebut adalah Robert yang kemudian menjadi ayah dari Robert Alexander Jaffray. Pada tahun 1852 Jaffray meninggalkan Skotlandia dan menyeberang menuju Kanada dan tiba di kota Toronto. Di kota yang tergolong baru dan jauh terbelakang ini, Jaffray memutuskan untuk tinggal dan mulai belajar mengenai seluk-beluk perdagangan dan keuangan. Semua orang pada waktu itu yang mengenal Jaffray mengakui bahwa Jaffray adalah seorang pengusaha yang sangat berhasil. Jaffray menjadi semakin sukses ketika ia berjumpa dan menikah dengan Sarah Brugg, putri seorang pegawai tinggi kotapraja Toronto. Dari pernikahan ini lahir lima orang anak , tiga orang anak perempuan dan dua orang anak laki-laki. Anak-anak ini diberi nama sesuai dengan nama-nama dari keturunan mereka yang sangat ketat itu, yakni; William, Robert, Margaret, Annie, dan Elizabet.. Dalam upaya memperluas usahanya Jaffray kemudian bekerja sama untuk membuka toko makanan dan minuman dengan nama Smith Jaffray. Dari sinilah usahanya semakin maju dan Jaffray dapat menikmati kehidupan yang cemerlang.

ANAK SEORANG PEKERJA KERAS

Di luar dugaan saat usahanya sedang berkembang baik, ternyata Jaffray harus berhadapan dengan sebuah kenyataan yang pahit. Pada suatu hari Jaffray menemukan bahwa perusahaannya telah musnah terbakar, yang tertinggal hanyalah keluarganya saja. Peristiwa itu , telah membawa Jaffray sampai pada titik terbawah dalam hidupnya. Ia bukan saja kehilangan harta benda dan usahanya, tetapi juga ia harus berurusan dengan hutang sebesar $10.000,00 (sepuluh ribu US Dollar). Rupanya peristiwa ini bukanlah sebuah malapetaka buat Jaffray, melainkan sebuah bagian dari proses pembentukan Tuhan untuk memotivasi Jaffray bangkit menjadi pribadi yang tangguh. AW Tozer menulis;

Disinilah untuk pertama kalinya jiwa yang sesungguhnya dari orang itu diuji. Tentang Smith kita tidak mendengar apa-apa lagi, tetapi tentang Jaffray kita mendengar banyak. Rupanya diperlukan suatu malapetaka untuk membangunkan jiwa Skotlandianya dan membangkitkan semangat juangnya. Hanya beberapa tahun ia berusaha dengan keras dan ia sudah dapat berdiri lagi dan mencurahkan perhatiannya kepada beberapa perusahan dagang. Tidak lama kemudian ia dapat melunasi hutang-hutangnya dan sejak itu ia menjadi kaya dari usahanya di bidang perdagangan tanah dan bangunan. (Red.sekarang kita sebut bisnis property)

Setelah sukses membayar hutang-hutangnya Jaffray kemudian tertarik untuk membeli sebagian besar saham Global di kota Toronto, yaitu sebuah media cetak harian yang terkenal di daerah dominion, bahkan kemudian menjadi pemilik perusahaan ini. Pada usia lima puluhan tahun setelah meraih sukses seharusnya ia berpikir untuk lebih banyak istirahat dan bersenang-senang dengan kekayaannya. Jaffray tidak demikian, ia bekerja keras untuk melambungkan harian Globe yang telah menjadi miliknya, dan ia berhasil. A.W. Tozer menulis: Selama masa akhir hidupnya ia menjadi demikian terkenal dan disenangi di dalam dunia perdagangan dan politik sehingga pada usia 74 tahun, oleh Dewan Pemerintah Kanada ia dipilih menjadi senator dan sampai wafat ia tetap Senator Jaffray.

PANGGILAN DAN PEGUTUSAN

Darah Skotlandia yang mengalir di dalam tubuh R.A. Jaffray dan dari seorang ayah yang pantang menyerah dan pekerja keras yang kemudian menjadi sangat sukses, tidak membuat Jaffray menjadi anak yang liar dan hedonis. Pada usia yang sangat muda panggilan untuk menjadi pelayanan Tuhan di ladang misi telah terpatri di hati R.A. Jaffray. Pada waktu ia berusia dua puluh tahun, dimana saat itu ia bekerja disebuah perusahaan Asuransi Jiwa di Kanada, ia berkesempatan mendengar A.B. Simbson berkotbah dan berkesempatan berjumpa dengan sang pembicara yang sangat diurapi Tuhan itu. Pada waktu itu Jaffray menyerahkan dirinya untuk melayani di luar negeri sebagai utusan Injil. Selanjutnya, ia diperlengkapi di Sekolah Alkitab Simpson dan setelah selesai mendapat pengalaman menggembalakan jemaat Jaffray semakin memastikan diri melayani sebagai misionari. Lewis mengutip berita dari surat kabar Globe di Toronto, Kanada yang melaporkan upacara pelantikan dan penahbisan yang diadakan pada tanggal 20 Januari 1896 sebagai berikut:
DR. A.B. Simpson dari new York telah mengambil bagian dalam kebaktian penahbisan dan pelantikan Robert A. Jaffray.
Ia yang memimpin doa untuk utusan Injil yang akan pergi ke negeri Tiongkok ini. Suasana khidmat meliputi Bethel Chapel, Toronto, ketika tujuh orang badan pengurus jemaat itu menumpangkan tangan ke atas kepala duta Allah yang masih muda ini. Dengan kesungguhan hati Simpson menyerahkan Jaffray kepada Allah untuk pelayanan suci sebagai pendeta untuk menggembalakan umat-Nya. Tidak sedikit di antara orang-orang yang hadir itu mengaminkan permohonan doa Simpson atas Jaffray, agar Tuhan memakai Jaffray bukan hanya untuk memenangkan pribadi-pribadi, tetapi juga bangsa-bangsa, bagi Kristus.”

Meski harus berhadapan dengan berbagai tantangan baik dari dalam dirinya sendiri, orang tuanya dan lingkungan, namun pada akhirnya R.A. Jaffray berhasil mengabdikan panggilannya untuk pergi memberitakan kabar baik atau kabar keselamatan, bukan saja kepada pribadi melainkan kepada bangsa-bangsa seperti doa Simpson, dan itu terbukti!

VISI DAN MISI REV. R.A. JAFFRAY

Semangat juang yang tinggi dari pendiri misi C&MA and MA, A.B. Simpson serta visi dan misinya mengalir deras dalam jiwa dan raga para murid New York Missionary Intitut (Intitut Latihan Utusan Injil di New York) dimana R.A. Jaffray dididik untuk menjadi utusan Injil, 
Lewis menulis:
Latar belakang hidup Robert Alexander Jaffray hamper sama dengan A.B. Simpson. Keduanya sama-sama berkebangsaan Kanada, dan lahir dan dibesarkan dalam keluarga Kristen Presbiterian. Keduanya juga sama-sama telah mendapat penglihatan mengenai keadaan dunia orang-orang yang belum percaya dan bertindak berdasarkan penglihatan mereka itu sehingga melalui pelayanan mereka, dikemudian hari beribu-ribu orang bertobat dan menerima Yesus Kristus.

Jadi isi pikiran A.B. Simpson dan R.A. Jaffray itu sama-sama dibangun berdasarkan penglihatan yang tajam dari Tuhan terhadap kebutuhan dunia akan Kabar Baik, yaitu keselamatan di dalam dan hanya oleh kasih Tuhan Yesus Kristus. Tozer menulis:
Pikiran para mahasiswa yang masuk itu hanya satu. Mereka ada di sana untuk mendapat suatu latihan yang penting sehingga memungkin mereka untuk memberitakan Injil di tempat-tempat dimana Kristus belum dikenal dan mereka mempunyai keinginan yang bernyala-nyala untuk pergi ke tempat-tempat itu secepat mungkin. Singkatnya, visi dan misi yang terpatri dalam sanubari Jaffray sama dengan yang terpatri didalam sanubari Simpson, yaitu; Mereka ada untuk menjadi pembawa Shalom Allah bagi dunia yang belum mengenal Kristus, melalui pekabaran Injil, literature, penanaman gereja, dan pelayanan radio. Sejarah membuktikan bahwa visi dan misi yang hidup dalam sanubari A.B. Simpson kemudian mengalir didalam jiwa dan semangat para muridnya termasuk R.A.Jaffray dan Robert H. Glover yang kemudian menjadi terkenal sebagai salah satu penginjil dunia. Dan penting untuk dicatat bahwa perkembangan Gereja Kemah Injil Indonesia hingga kini tidak lepas dari peran visi dan misi yang hidup dihati mereka.

PELAYANAN DI TIONGKOK SELATAN

Momentum ini terjadi pada tahun 1897 dimana A.B. Simpson menghimpun sekelompok anggota misi yang lain untuk diutus ke daerah Tiongkok Selatan yang pada waktu itu telah dibuka bagi penginjilan. Pemuda lain yang ikut serta dalam rombongan itu adalah Robert H. Glover yang kemudian menjadi terkenal dan tercatat sebagai seorang utusan Injil dunia. Kedua Robert ini diutus bersama-sama ke Tung-un, sebuah kota kecil di Kwangsi, Tiongkok Selatan. Dari sinilah kedua duta Kristus ini memulai misi pekabaran Injil mereka, namun pekerjaan mereka itu tidak bergitu berhasil sehingga kemudian dihentikan. Akan tetapi, selama setahun mereka menetap disana untuk mempelajari bahasa dan budaya Tionghoa yang sangat sulit. Setelah itu mereka kemudian dipindahkan ke Wuchow. Sejarah mencatat, bahwa ditempat inilah pelayanan mereka benar-benar dimulai.

Apa yang terjadi dalam misi kedua Robert diatas menjadi pelajaran penting bagi pengembangan misi ke depan. Pertama, sebelum misioanari di kirim ke lading misi maka lembaga misi perlu mempersiapkan para utusannya dengan baik. Kedua, lembaga pengutus perlu memahami bahwa kegagalan pada awal perjalanan misi masih merupakan tahap penyesuaian dan tahap belajar dalam konteks budaya setempat. Ketika, misi yang Tuhan percayakan pada seseorang tidak akan pernah dengan mudah hilang hanya karena faktor belum ada hasil pada tahun pertama. Ketiga, ketika proses di atas dilewati maka misi akan menjadi jauh lebih maksimal. Kegagalan banyak lembaga misi karena belum siap benar mengutus misionarinya dan atau orang yang di utus tidak siap menjalankan tugas pelayanannya. Akibatnya, misi yang dijalankan oleh pengutus dan yang diutus menjadi sangat tidak maksimal. Namun, yang pasti satu tahun bagi kedua Robert merupakan peluang untuk belajar dalam konteks pelayanan dan pengutus (A.B. Simpson dengan Misi C and MA) mendukung hal itu.

FILOSOFI PELAYANAN

Keberhasilan Jaffray dalam pelayanannya tidak lepas dari filosofi yang ia anut. Jaffray bergerak bukan saja berdasarkan visinya melainkan juga oleh filosofinya yang jitu dan berdayaguna dalam menjalankan misinya. Tozer menulis: Sangat diragukan apakah Robert Jaffray pernah duduk lama-lama untuk mempertimbangkan suatu garis kebijaksanaan tertentu. Jalan pikirannya tidak seperti itu. Ia mengumpulkan gagasan-gagasannya sambil bertindak, seperti seekor burung layang-layang pada senja hari yang makan sambil terbang. Kitab Suci dan naluri yang sehat memimpin dia, dan pengalaman-pengalaman yang sukar segera membetulkan setiap kesalahan dalam teorinya. Pandangannya tidak pernah berbelit-belit atau sukar dimengerti. Pekerjaan misi pengabaran Injil sebenarnya sederhan sekali. Pekerjaan itu terdiri dari empat hal yang harus dilakukan: menghubungi, menginjili, mengorganisasi, dan mengajar, itu saja. Tetapi dalam melakukan keempat hal yang penting ini seseorang harus bekerja keras seumur hidupnya, dan pekerjaannya pasti akan berbuah karena inilah yang diinginkan Kristus dilakukan oleh hamba-hambaNya yang telah diutus.

Dari uraian diatas maka dapat ditegaskan bahwa; teori yang dikembangkan Jaffray ini perlu menjadi perhatian bagi gereja-gereja masa kini sebagai lembaga pengutus dan kepada pribadi-pribadi sebagai yang diutus. Alasannya sederhana, bahwa apa yang dikemukakan oleh Tozer mengenai falsafah pelayanan Jaffray bukanlah sebuah teori yang baru akan diuji kebenarannya, melainkan sebuah terori yang sudah terbukti benar dan berhasil. Teori ini masih relevan sampai saat ini, kalau kemudian terjadi modifikasi atau pengembangan, itu menjadi hal yang lain. Akan tetapi, landasannya sudah diletakkan oleh seorang yang benar-benar dipakai Tuhan dengan luar biasa dan memiliki tingkat kecerdasan yang mapan, yaitu DR. Robert Alexander Jaffray. Ada hal penting untuk dicatat dari kebiasaan D.R.Alexander Jaffray dimana beliau selalu belajar dari setiap pengalaman pelayanannya. Boleh dibilang bahwa kegagalan baginya adalah kesempatan untuk belajar. Jadi bukan kebetulan kalau ia lahir dari seorang Jaffray sang pengusaha yang juga pernah mengalami masalah dalam bisnisnya, tetapi dengan gigih ia bangkit kembali..

PANGGILAN UNTUK INDONESIA

Dengan didukung oleh keyakinan yang teguh dan doa yang sungguh-sungguh Jeffray mendapat penglihatan dan nubuat yang membuatnya semakin antusias menghadapi pelayanan. Kali ini ia ingin mewujudkan mimpinya secara khusus panggilannya untuk Pasifik bagian Selatan. Sudah lama timbul di hatinya untuk melihat daerah ini, namun belum bias tercapai. Kali ini, ia begitu yakin bahwa Tuhan sedang membawanya untuk daerah Pasifik, itu sebabnya sementara menunggu saat yang tepat untuk menuju ke Pasifik, Jaffray berdoa dan mempelajari peta, atlas dan setiap sumber informasi lain yang bisa ditemukannya. Ia selalu meluangkan waktu untuk berkunjung ke kantor perusahaan pelayaran untuk memperoleh informasi, bercakap-cakap dengan para pelaut tua yang sudah berpengalaman yang mengerti betul tentang Hindia Timur. Setelah yakin akan panggilan Tuhan dan memperoleh banyak informasi mengenai daerah yang dimaksud maka pada bulan Januari 1928 Jaffray meninggalkan Tiongkok. Ia berlayar dari Hongkong menuju Selatan di kepulauan Pasifik. Ia tiba di daerah Sandakan, Kalimantan jajahan Inggris, namun ia tidak mau menetap di daerah ini, karena sudah ada utusan misi lain yang bekerja disini. Jaffray, kemudian bergerak menuju ke selatan dan tiba di Kalimantan jajahan Belanda. Kemudian dari tempat ini Jaffray menuju Balikpapan. Meski ada berbagai suku disini; Melayu, Jawa, Bugis, Tionghoa, Arab India dan Dayak, namun hanya satu orang keturunan Tionghoa yang ia jumpai yang pernah mendengar tentang Yesus itu pun tidak mendalam. Akan tetapi, Jaffray enggan menetap di daerah ini, dalam pikirannya hanya ada dua tempat yang sangat menyentuh hatinya, yaitu Makassar dan Surabaya. Meskipun ada dua puluh kota pelabuhan di sepanjang pantai Timur Kalimantan ini, yamg menurut catatan Jaffray belum ada saksi Kristus disana, tetapi ia berjanji bahwa dalam waktu yang tidak lama akan ada saksi Kristus ditempat itu.

PELAYANAN DI INDONESI

Tampaknya Indonesia mulai menjadi sasaran prioritas misi dari C&MA. Indikasi ini muncul karena setelah satu tahun Jaffray mengunjungi Indonesia maka pada tanggal 29 Juni 1929 romobongan pertama misi C&MA tiba di Surabaya Indonesia. Lewis menulis; Setibanya di Surabaya, Jaffray yang fasih berbahasa Mandarin langsung mengadakan kontak dengan orang-orang Tionghoa. Keesokan harinya mereka mendapat kesempatan untuk melayani dalam kebaktian penginjilan di salah satu gereja Tionghoa. Menurut Jaffray, waktu itu ada enam orang yang mengangkat tangan untuk didoakan. Itulah buah sulung dari suatu panen besar yang nantinya akan dituai dibeberapa tempat di Indonesia.
Selanjutnya dalam catatan kaki bukunya ini, Lewis menulis bahwa; kemungkinan besar gereja inilah yang mendesak Jaffray untuk meminta agar dikirim seorang pengerja. Evangelis T.H. Loh, lulusan Sekolah Alkitab Wunchow, dikirim pertama ke pulau Jawa oleh misi CFMU/C&MA dan menjadi gembala sidang jemaat Kanton di Surabaya. Jaffray menyadari bahwa pelayanan di Indonesia perlu dilakukan secara serius. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk menetap di Indonesia. Daerah yang menjadi pilihannya adalah Makassar. Alasan memilih daerah ini karena letaknya sangat strategis. Jaffray membayangkan Makassar seperti poros roda dimana jari-jarinya kelak memancarkan Injil ke seluruh pelosok negeri ini. Dari Daeng Tompo Straat 8 Makassar, pelayanan Jaffray kemudian mulai meluas ke Sumatera sampai Papua. Selanjutnya, api misi itu mulai terkontaminasi kepada putra-putra pribumi yang dilatih oleh Jaffray untuk menjadi utusan Injil. Untuk itu, Jaffray mendirikan Native Conference, yaitu organisasi pribumi yang akan ikut mengembangkan pekerjaan Tuhan bersama-sama dengan misi C&MA di Indonesia. Dari hasil pelayanan Jaffray muncullah beberapa gereja Tionghoa dan gereja pribumi. Salah satu, gereja terbesar yang menjangkau kaum pribumi dan telah tersebara hampir di seluruh kepulauan Indonesia adalah Gereja Kemah Injil Indonesia.

STRATEGI MISI JAFFRAY

Untuk mengembangkan misi pelayanannya, paling tidak ada tiga strategi pengembangan yang dilakukan oleh Jaffray. Ketiga startegi pengembangan pelayanan misi Jaffray ini adalah: Penerbitan, pendidikan, gereja pusat. Penerbitan, tidak mengherankan jika penerbitan menjadi strategi Jaffray. Ia adalah anak seorang pemilik surat kabar terbesar di Toronto. Selain itu, pengalaman sejak tahun 1913 ketika ia mendirikan Baible Magazine berbahasa Tionghoa yang sangat terkenal dikalangan kaum Injili. Selain itu, salah satu peninggalan Jaffray adalah berdiri toko buku rohani Kalam Hidup yang berkedudukan di Bandung. Pendidikan, pendidikan yang dimaksud disini adalah pendidikan theology. Pada tahun 1932, Jaffray mendirikan sekolah Alkitab Makassar. Dengan berpedoman pada 2 Timotius 2:2, Jaffray berkeyakinan bahwa satu-satunya jalan untuk mengembangkan pekerjaan Tuhan melalui pelayanan C&MA di Indonesia ialah dengan mendidik dan melatih orang-orang Indonesia sendiri. Gereja pusat, pada tahun 1932 Jaffray mendirikan Gereja Kemah Injil yang pertama.

Kebaktian pertama dimulai di ruang kelas di rumah Clench pada malam hari. Ada banyak orang yang datang untuk mendengar firman diberitakan. Salah satu orang yang dimenangkan bagi Kristus adalah seorang wanita kelahiran Minahasa yang dikemudian hari menjadi nyonya A.B. Fransiskus. Bapak Fransiskus termasuk salah satu penyokong pada waktu pembangunan Gereja Kemah Injil Pusat ini dimulai. 

Meskipun tidak dicatat sebagai bagian dari strategi pengembangan Jaffray, tetapi ia mendukung juga pelayanan radio. Yang menarik buat saya adalah, bahwa tidak semua misi Jaffray mendapat dukungan financial dari misi C&MA. Akan tetapi, itu tidak menjadi penghalang bagi Jaffray dalam menjalankan misinya. Boleh dikatakan, baginya, bila Tuhan berkehendak tidak ada seorangpun dapat menghalangi, dan itu terbukti!

KUNCI SUKSES PELAYANAN JAFFRAY

Setiap tokoh manapun dalam sejarah peralihan suksesnya dan dalam hal apapun, selalu dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu yang menjadi khas dalam apa yang ia lakukan. Demikian pula dengan DR. Alexander Jaffray. Setelah membaca kedua buku yang ditulis oleh A.W. Tozer dan Rodger Lewis maka ada beberapa hal penting yang patut dicatat sebagai kunci yang membawa Jaffray menjadi salah satu tokoh misi yang dapat disejajarkan dengan tokoh misi dunia lainnya.

Pertama, doa; Jaffray tidak akan pernah melakukan sesuatu tanpa didahului dengan doa yang sungguh-sungguh. Ia baru akan mulai sampai ia yakin bahwa Tuhan menginjinkan pelayanan dilakukan melalui penglihatan dan nubuat. Kedua, filosofi pelayanannya; Filosofi atau falsafah pelayanan Jaffray sangat sederhana, yaitu membangun dan memelihara hubungan baik dengan banyak orang, membertakan Injil kepada setiap orang, mengorganisir jiwa-jiwa yang telah dimenangkan, dan mengajar atau melakukan pemuridan agar falsafah yang dibangun ini dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakannya maka Jaffray melakukan pendekatan strategis melalui, pendidikan, literature, gereja pusat.

Kalau filosofi dan strategi pengembangan pelayanan Jaffray sudah banyak gereja dan lembaga Kristen atau para pelayanan yang melakukan sampai hari ini, bahkan mungkin lebih baik, tetapi ada satu hal yang sering diabaikan yaitu faktor suksesnya yang pertama tadi, doa yang sungguh-sungguh untuk suatu pelayanan yang baru. Banyak gereja yang mengalami perpecahan, hamba Tuhan yang saling menjatuhkan, jemaat yang picik dan tidak mau tahu dengan pelayanan. Semua terjadi karena memulai pelayanan bukan berdasarkan apa yang Tuhan kehendaki, tetapi menurut apa yang kita inginkan dengan segala kepentingan yang terselubung. Saya harus banyak belajar dari orang seperti Jaffray.

Setelah menjalani misi pelayanan untuk keselamatan bangsa-bangsa ini di dunia. Dia ditawan tentara Jepang dalam situasi perang Dunia II pada tahun 1942-1945 di Asia Pasifik. Dia menderita di dalam tawanan Jepang yang berkedudukan di Makasar saat ini. Dengan misi pelayanan ini, banyak umat memperoleh keselamatan ketika dia melayani kepada orang-orang China (Tiongkoa), Vietnam, Thailand, Philipina dan Indonesia. Akhirnya, kehidupan dunia nyata dengan pelayanan dan penginjilan sudah berakhir hingga Tuan, kita Dr.R.A.Jaffray bersama Kristus ditaman Firdaus. 

Sumber:
A.W. Tozer “Biarkanlah Umatku Pergi”


Disposkan: Aweida Papua

Share this article :

.

.

HOLY SPIRITS

JESUS IS MY WAY ALONG TIME

JESUS IS MY WAY ALONG TIME

TRANSLATE

VISITORS

Flag Counter

MELANESIA IS FASIFIC

MELANESIA IS FASIFIC

MUSIC

FREEDOM FIGHTERS IN THE WORLD

FREEDOM FIGHTERS IN THE WORLD
 
Support : AWEIDA Website | AWEIDANEWS | GEEBADO
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2015. Aweida Papua - All Rights Reserved
Template Design by AWEIDA Website Published by ADMIN AWEIDA