AWEIDA-News, Emosi perlawanan kita terhadap penjajah
haruslah positif, yang berarti menghindari emosi negatif. Perjuangan pembebasan
bangsa Papua memiliki visi, ideologi. Tidak "takabur" alias hilang
arah dan tujuan. Tidak untuk balas dendam. Tidak untuk sekedar pelipur lara.
Juga bukan semata populisme gerakan.
Emosi
kita terhadap kolonialisme Indonesia harus tertuju, dan diarahkan pada sasaran
yang tepat, yakni aktor dan sistem. Emosi kita harus tertuju pada siapa dan apa
praktek kolonialisme yang dilakukan diatas negeri
West Papua.
Perjuangan
yang memiliki visi berarti perjuangan yang sadar dan dewasa dalam perlawanan.
Perjuangan yang memperjuangkan nilai dari cita-cita perjuangan itu sendiri,
yakni kemerdekaan, kesetaraan (keadilan), perdamaian dunia, dan -ini sering
kita abaikan- surga.
Emosi
perlawanan yang positif itu akan nampak ketika emosi itu dibentuk oleh gagasan
ideologi pembebasan. Dan, itu tidak sekedar sebagai strategi taktik tetapi juga
menjadi bagian dari pejuang. Menjadi sesuatu yang melekat dan mendarah daging
dalam pribadi kita. Menjadi nilai yang membentuk sistem perjuangan.
Sementara,
emosi negatif dalam perlawanan lebih banyak melahirkan fatalisme gerakan,
sehingga esensi dari gerakan perlawanan hilang. Jika hilang, perjuangan hanya
menjadi arena permainan penjajah yang dipergunakan untuk kepentingannya.
Oleh
sebab itu, kita mesti menunjukan kepada dunia, terlebih kepada Tuhan pencipta
kebenaran, bahwa kita sedang berjuang karena dan untuk sebuah nilai kebenaran.
Kebenaran yang diperjuangkan oleh bangsa Papua tidak boleh menghancurkan
kebenaran yang ada pada bangsa lain.
Kemerdekaan
yang diperjuangkan oleh bangsa lain tidak boleh dihancurkan oleh perjuangan
kemerdekaan bangsa Papua. Misalnya, ekspresi kebencian dengan membakar bendera
Merah Putih atau Bintang Kejora yang merupakan simbol kemerdekaan bangsa adalah
sesuatu yang tidak benar dalam konteks perjuangan pembebasan bangsa.
Bangsa
Papua yang memiliki simbol kemerdekaan bendera Bintang Fajar harus menghargai
bangsa-bangsa lain yang memiliki simbol kemerdekaan bendera Merah Putih.
Sebaliknya, bangsa-bangsa pemilik endera Merah Putih harus menghargai dan tidak
membakar bendera kemerdekaan bangsa Papua, Bintang Fajar.
Bendera,
tidak hanya sebagai simbol negara, tetapi memiliki nilai kemerdekaan dari suatu
bangsa, apalagi bangsa yang merdeka dari hasil perjuangan mengusir
kolonialisme. Oleh sebab itu, visi memperjuangkan kemerdekaan Papua harus
ditujukan pada aktor dan sistem yang menjajah, yakni Penguasa kolonial Indonesia
dan sistem kolonialismenya yang sedang melakukan praktek penjajahan maha dasyat
di West Papua.
Sebagai
bangsa yang bermartabat, kita mesti menunjukan kepada penjajah dan dunia bahwa
apa yang kita perjuangkan adalah tentang suatu visi besar yang menyadarkan
manusia pada jalan kebenaran.
Viktor F. Yeimo
Ketua
Umum KNPB
Disposkan: AWEIDA-News