Headlines News :

.

.
Home » , , , » Tanah Papua Penuh Dengan Kemunafikan

Tanah Papua Penuh Dengan Kemunafikan

Written By Aweida Papua on Senin, 22 Juni 2015 | 17.36

AWEIDA-News, Dalam kehidupan sosial, kita sering mengatakan kepada pemimpin bahwa, para pejabat wilayah & daerah adalah pelindung atau pengayom rakyat-Nya sendiri. Dan ada juga yang mengatakan para pemempin adalah wakil Allah. Namun realitanya, justru menjadi penghianat dan penindas terhadap rakyat-Nya sendiri. Pada hal rakyat mereka berkeinginan besar memisahkan diri dari penjajahan saat ini.

Kemudian mereka yang disebut para pemimpin adalah pengambilan berbagai kebijakan untuk menegahkan keadilan demi kebenaran sesuai dengan tugas dan tanggungjawan sebagai kewajiban pemimpin terhadap rakyatnya. Dan berani mangambil resiko yang mempunyai tanggungjawab sosial yang tinggi, adalah peran pemimpin sebagai wakil rakyat. Namun bangsa melanesia, rakyat papua masih mengalami trauma dan diistigmakan sehingga masyarakat papua hidup dalam penderitaan, pemerkosaan, penganiayaan, pembantaian, dan perampokan kekayaan alam sepanjang perjuangan ini. Dari tahun ke tahun orang papua menjadi binatang buruan atas kepentingan kapitalisme, egoisme dan kolonialisme. Kurangnya perlindungan pemerintah terhadap rakyat-Nya, sehingga sering terjadi berbagai konflik yang merengut nyawa manusia papua di Bumi Cendrawasih terus terjadi.

Para pemimpin itu memerintah suatu wilayah ataupun daerah dengan gaya kepemimpinan otoriter dengan menghadirikan beribu-ribu pasukan, karena kenabsuan yang berlebihan untuk menghabiskan mereka yang disebut penghuni/pribumi itu. Asal-asalan menjadi pemimpin tak akan membuat perubahan yang signifikan, bila wilayah itu masih dibawa gengaman neokolonialisme. Karena wilayah papua sebagai bagian dari proses penjajahan, kemungkinan tak satu pun pemimpin papua yang bisa membuat perubahan dengan kebijakan kolonial dalam justru menginvasi terhadap mereka yang disebut penghuni. Dan diprediksikan masih akan terus terjadi kegagalan dengan berbagai program yang dikucurkan oleh pemerintah pusat melalui mekanisme desentralisasi itu. Karena segala kebijakan sudah almarhum atau gagal total, sehingga saatnya untuk pengakuan dan pengesahan negara papua barat melalui mekanisme referendum sebagai solusi akhir.

Walaupun dengan pemimpin pemerintah pusat bersama pemimpin papua yang disebut para penghianat, provokator dan penindas sering bersilaturahmi di istana kepresidenan di Batavia. Namun, itu tidak berpengaruh terhadap persoalan ideologi kemerdekaan. Ada apa konsultasi diatas konsultasi? karena adanya program yang sudah gagal total itu, berusaha membenahinya. Diprediksikan akan melahirkan berbagai produk pemusnahan etnis dengan terjadinya depopulasi bagi rakyat yang disebut penghuni itu, menurut pandangan seluruh rakyat papua barat. Untuk itulah, kami bukan bangsa yang diperbudak dan dijajah terus -menerus diatas negeri cendrawasih papua. Kami hanya menuntut pengakuan negara dari pengalaman kejahatan dan kekerasan yang kami alami selama ini.

Mereka yang selalu menegahkan keadilan demi kemanusian, tentu ada imbalan yang berharga, tetapi mereka yang sering disebut Penindas dan penghianat  akan direngut nyawa mereka sendiri pada kemudian hari. Dan sementara kita hidup di dunia ini, kita boleh melakukan tindakan militerisasi, kriminalisasi dan kolonialisasi secara sewenang-wenang terhadap mereka yang disebut penghuni atau pribumi. Namun suatu saat kita tidak akan hidup bersamaan dengan kaum imprealisme, kapitalisme dan kolonialisme. Karena sejauh ini, tanah papua belum bisa dikatakan ada pemimpin yang akan membuat perubahan untuk menentuakn nasib sendiri. Untuk itulah, kami berani mengatakan kepada pemimpin yang ada ditanah papua semuanya adalah pengeras darah manusia dan otak dibalik kepentingan otsus.

Para pemimpin papua seharusnya, menyampaikan meminta maaf sebesar-besarnya dengan kegagalan otsus selama ini, kepada penguasa kolonial atau pemerintahan pusat. Meminta maaf bukan sesuatu yang diberatkan bagi sesama mansuia. Sampaikan saja dengan kami sudah berusaha semaksimal mungkin, melalui otsus plus, tetapi masih belum ada perubahan yang signiafikan menjadi pengakuan sesama manusia diantara penguasa pusat dengan penguasa wilayah dan daerah di negeri ini.

Kami datang kembalikan otsus plus dengan maksud menentukan nasib sendiri melalui referendum itu sebagai hal yang sewajarnya mengekspresikan kepada pemerintah pusat. Namun para pemimpin provokator, penghianat dan penindas itu justru semua-nya bertakluk kepada kaki tangan kekuasaan pemimpin mereka dinegara ini. Tak satu pun yang bisa mengatakan saya adalah saya, kamu adalah kamu, tetapi semuanya terkena virus yang tak dapat diobati sepanjang hidup mereka. Kita tidak bisa menghidupi kehidupan keluarga dengan hasil dari darah manusia selama perjungan panjang ini. Karena sesuatu yang terkena virus hanya saling memusnahakan dan dimusnahkan sesama etnis.

Bila moment yang tepat untuk kami orang papua juga merdeka sendiri, maka kami akan menyampaikan, ucapan selamant jalan buat sahabat provokator, informen, penghianat, penindas dan kaum penjajah Indonesia sendiri. Karena kami bangsa papua menuntut seadil-adilnya, sewajar-wajarnya atas persoalan ideologi perjungan yang belum terselesaikan selama ini. Kapankah penderitaan ini dapat akhiri, jika sesama etnis pun saling menghianati dan dihianati dalam masa penantian ini. Biarlah perjuangan ini menjadi perjuangan yang masih abadi bersama kaum imprealisme, kapitalisme dan para kolonialisme sampai kebebasan jatuh dari langit di atas Bumi Cenrawasih. (AWEIDA)

Disposkan: AWEIDA-News
Share this article :

.

.

HOLY SPIRITS

JESUS IS MY WAY ALONG TIME

JESUS IS MY WAY ALONG TIME

TRANSLATE

VISITORS

Flag Counter

MELANESIA IS FASIFIC

MELANESIA IS FASIFIC

MUSIC

FREEDOM FIGHTERS IN THE WORLD

FREEDOM FIGHTERS IN THE WORLD
 
Support : AWEIDA Website | AWEIDANEWS | GEEBADO
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2015. Aweida Papua - All Rights Reserved
Template Design by AWEIDA Website Published by ADMIN AWEIDA