AWEIDA-News-Saat ini, kita mengalami kehilangan
jiwa manusia serta segala pengujian dan pencobaan juga sedang menimpa di Negeri
yang kita cintai. Penindasan dan pembantaian yang dialami oleh bangsa papua adalah satu persoalan mendasar yang belum pernah terselesaikan sepanjang perjuangan selama ini. Dan kehidupan bangsa papua merasa terimpit dan terdesak
dengan tindakan yang tidak dapat membuat perubahan dalam kehidupan sosial.
Mulai dari papua dianeksasikan dan dintegrasi kedalam negara Indonesia sampai saat ini.
Kemudian kita juga sebagai manusia seringkali terjebak dengan rayuan dan
tipu musliat dengan berbagai kebijakan dari pemerintah yang semakin mengkapitalisasi dan kolonialisasi terhdap bangsa papua barat.
Kita
sebagai pewaris tanah sekaligus sebagai penghuni tanah papua. Kita dapat
melihat segala bentuk tindakan dan kekerasan TNI/PORI terhadap bangsa papua
barat selama ini. Karena penderitaan dan penindasan itu hanya demi memanfaatkan kepentingan negara bersama kaum elit politik yang tidak mempunyai rasa humanis. Sementara, manusia papua itu dibunuh atas
kepentingan negara sebagai bagian dari proses penjajahan. Semestinya, kita tahu bahwa, nilai manusia
lebih tinggi dibandingkan segala yang ada dimuka bumi. Dan disisi lain, kita juga tidak
pernah berfikir bahwa, semua yang dianugrahkan itu untuk kita.Tetapi justru
kita juga ikut terhipnotis dengan rayuan dari kaum penjajah yang menutupi mulut kami dengan uang darah manusia. Akibatnya, sesama etnis
saling membunuh dan dibunuh secara tindakan kriminal, terutama di daerah rawan
konflik sosial. Tindakan dan kekerasan melalui konflik sosial diakibatkan
kepentingan segolongan manusia yang tidak mempunyai rasa humanis terhadap sesama etnis sebagai satu bangsa
pilihan.
Ketika pemerintah belanda masih berada dipulau Papua. Pemerintah belanda telah menamakan pulau Papua sebagai pulau surga kedua. Artinya, Tanah Papua adalah tanah yang penuh damai sepanjang hidup akan berjalan. Namun papua diintegrasi kedalam negara Indonesia sudah mulai tercemar tanah suci papua itu. Dikarenakan kehadiran para kaum kapitalisme dan para kolonialisme membawa berbagai produk pemusnahan etnis melanesia melalui berbagai produk genosida. Realitas penderitaan dan pemusnahan etnis melanesia, papua barat tak tabu ditelinga kita orang papua. Tak lama lagi, akan punah diatas negeri kami sendiri.
Ketika pemerintah belanda masih berada dipulau Papua. Pemerintah belanda telah menamakan pulau Papua sebagai pulau surga kedua. Artinya, Tanah Papua adalah tanah yang penuh damai sepanjang hidup akan berjalan. Namun papua diintegrasi kedalam negara Indonesia sudah mulai tercemar tanah suci papua itu. Dikarenakan kehadiran para kaum kapitalisme dan para kolonialisme membawa berbagai produk pemusnahan etnis melanesia melalui berbagai produk genosida. Realitas penderitaan dan pemusnahan etnis melanesia, papua barat tak tabu ditelinga kita orang papua. Tak lama lagi, akan punah diatas negeri kami sendiri.
Selain
Pemusnahan etnis melanesia papua barat, kekayaan alam (Natural Resources) kami dieksploitasi, dan dikuras secara tidak wajar tanpa pamit bagi penghuni atau
pribumi selama ini. Kita dapat merungkan konspirasi politik, Jhon F Kenedy,
Presiden Amerika Serikat, yang pernah membantai dan mengdiskriminasikan bangsa kulit
hitam Amerika bahwa, kulit hitam di dunia harus dimusnahkan diatas muka bumi.
Dan konspirasi politik Jhon F Kenedy itu terbukti benar terhadap bangsa papua
barat, mulai dari New york Agreement antara Amerika dan negara Indonesia sampai
saat ini. Jika kita sebagai manusia yang mempunyai paru-paru dunia, tentu
direnungkan atas konspirasi politik genosida terhadap bangsa kulit hitam yang pernah diungkapkan itu. Konspirasi
politik Iblis Jhon F Kenedy bersama Ir. Sukarno saat new york agreement kedalam Indonesia itu tidak benar dan ilegal menurut pandangan mekanisme Hukum
Internasional.
Bahkan
Konflik antara sesama rumpun melanesia papua barat juga tak pernah berakhir
selama bertahun-tahun. Korban kekerasan memakan ribuan jiwa manusia papua
dibunuh dan dibantai sehingga manusia papua semakin punah semakin habis diatas
tanah leluhur kami sendiri. Dan konflik sosial yang tak pernah berakhir
diwilayah areal pertambangan ini, disebabkan kepentingan segolongan manusia
yang demi memanfaatkan kepentingan mereka. Kemungkinan konflik sosial menjadi
alur menuju pemusnahan etnis, manusia papua diatas negeri-Nya sendiri.
Kedamaian dan ketentraman tercipta
suatu wilayah atau daerah, apabila sesama etnis menyatukan agenda penentuan
nasib sendiri sebagai solusi atas segala produk pemusnahan etnis melanesia,
papua barat saat ini. Setiap manusia tak perlu hidup dibawa penjajahan dan
penganiayaan berat, selagi kami berada dalam konteks kapitalisme dan
kolonialisme. Dia tidak peduli berusaha atasi konflik sosial itu, karena
kepentingan-Nya akan terhambat bila pemecahan masalah tersebut bertentangan
dengan hukum adopsinya.
Segala
kebijakan program melalui mekanisme desentralisasi tak penah akan ada perubahan
sampai kapanpun, selagi papua masih berada dalam tentuk kolonialisme dan
kapitalisme global saat ini. Untuk itulah diberi pengakuan atas kejahatan dan
kekerasaan TNI/POLRI terhadap bangsa papua barat selama ini. Haruslah bertidak
akal sehat dan menjujung tinggi nilai-nilai kemanusian secara bermartabat. Karena
mereka bukan saling membunuh dan dibunuh
atau saling menusnahkan dan dimusnahkan satu bangsa pilihan diatas negeri
mereka.
Untuk itulah, kepada Bangsa papua barat
dibutuhkan komintmen perlawanan secara radikal untuk menuntut pengakuan atas kejahatan dan
kekerasan terhadap papua barat yang mempunyai paru-paru dunia dinegeri ini. Dan bangsa papua senantiasa menunggu negara Belanda, Amerika dan Indonesia yang
telah menyepakati secara sepihak tanpa melibatkan pribumi yang mempunyai tanah
perebutan saat itu. Resolusi menjadi solusi akhir persoalan ideologi bagi, bangsa papua barat. Dan selalu menanti agenda perundiningan secara menyeluruh, serta meninjau kembalinya pepera 1969 yang dinyatakan sudah ilegal, sehingga diadakan
referendum ulang sebagai alternatif terbaik penghakhiri persoalan papua barat (AWEIDA)
Disposkan: AWEIDA-News