Headlines News :

.

.
Home » , , , » Perceraian Meningkat Tanpa Mendasari Budaya Para Leluhur

Perceraian Meningkat Tanpa Mendasari Budaya Para Leluhur

Written By Aweida Papua on Senin, 24 Oktober 2016 | 22.33


Ilustrasi Perceraian
AWEIDA-News--Pengertian sederhana tentang perceraian adalah berakhirnya salah satu hubungan keluarga yang harmonis sebelumnya, kini dipengaruhi pada akulturasi budaya. Hal ini dapat terjadi pada saat pasangan sudah tidak ingin lagi melanjutkan kehidupan bersama sebagai suami-istri. Ini berarti adanya pemutusan komitmen, baik secara sepihak maupun secara persetujuan bersama. Biasanya pemutusan ini lebih banyak pada unsur pemaksaan. 

Dalam kehdupan kita telah mempelajari bahwa, masyarakat papua yang berdomisili disetiap kota, termasuk kota Timika yang hidup dari berbagai sumber nafkah. Masyarakat pribumi yang disebut tujuh suku yang sudah berkeluarga, kini dipengaruhi pada akulturasi budaya sehingga musim perceraian dan pemisahan dalam keluarga semakin tinggi. Musim perceraian dan pemisahan keluarga ini berawal dari kecemburuan sosial, perselingkuan dalam keluarga tak terbendung dan juga adanya dorongan (nafsu) dari nilai mata uang yang tinggi sehingga hidup dalam rumah tangga tak pernah merasakan aman dan tenang di kota dapur dunia ini. 

Menurut budaya orang papua, jika si laki-laki dan si perempuan sudah membentuk satu keluarga baru berarti mereka hidup untuk saling mengasihi dan memperatkan relasi yang erat. Dan hidup itu selalu memerlukan kebahagiaan dan ketenangan hidup bagi yang telah membentuk satu keluarga baru dalam kehidupan keseharian. Budaya saling bercerai dan berpisah adalah budaya akulturasi (migran), karena ini bukan budaya para leluhur yang diterapkan pada zaman sebelum masuk pemerintah dan agama di Tanah Papua. Budaya para leluhur sangat terikat pada nilai-nilai kultur sehingga semua orang berpatuh pada budaya anugrah itu.

Setiap kepala suku dari suku masing-masing sangat mudah memberikan surat perceraian antara suami dan istri, tanpa menganalisis awal penyebab mulainya perceraian dan pemisahan dalam satu keluarga yang erat sebelumnya. Mereka yang berani memisahkan hubungan suami dan istri adalah mereka yang belum memahami budaya para leluhur, hanya hidup ketergangutungan dari akulturasi budaya. Kemungkinan mereka belum terpelajari nilai-nilai luhur budaya bangsanya sendiri, hanya termotivasi pada budaya akulturasi. Bijak memisahkan proses perceraian dan pemisahan masalah dalam rumah tangga keluarga tetapi sangat sulit memberikan solusi kedamaian dan ketenangan hidup keluarga.

Apakah budaya para leluhur juga diterapkan musim perceraian dan pemisahan keluarga sehingga dapat dipengaruhi pada perkembngan modern saat ini..? 

Meskipun kita hidup pada era globalisasi ini, segalanya terpenuhi serba bebas, namun apa pun bentuk jaminan hidup dalam rumah tangga menjadi standar ketidaksesuaian atau ketidakpuasaan. Ketenangan dan kedamaian dalam kehidupan keluarga sudah rapuh dan kurangnya pencerahan rohani menyangkut kehidupan keluarga yang harmonis sehingga hidup seperti bohon benalu yang belum mempunyai akar pada dasarnya. 

Perceraian dan pemisahan dalam rumah tangga terus terjadi karena adanya faktor berbisnis, misalnya seorang suami ingin kawin lebih dari satu istri (poligami). Lalu suami tersebut berusaha memiliki obat penarik perempuan. Obatnya belum pasti, apakah obat tersebut adalah memang penarik perempuan ataukah obatnya perceraian dan pemisahan dalam keluarga

Kemudian setiap perempuan (istri) juga memiliki obat pelumpuh kekuatan laki-laki dalam rumah tangga terus terjadi. "Obat tersebut akan digunakan untuk melemahkan daya berfikir suami, agar suaminya selalu tunduk pada perintah dari istri selama mereka masih hidup di bumi," katanya. Kedua faktor yang ini yang membuat dampak buruk pada keluarga itu sendiri sehingga ujungnya menuju perceraian dan pemisahan antara suami dan istri mulai nampak. 

Lebih baiknya, ciptakan kedamaian dan ketenangan hidup dalam keluarga tanpa dipengaruhi pada akulturasi budaya dari lingkungan eksternal agar saling menjaga dan melindungi dalam keluarga adalah peran penting demi tercipta keluarga yang harmonis. Kita melihat secara nyata tentang keharmonisan hidup dalam keluarga yang kini seakan menjadi wacana sesaat tanpa menerapkan budaya para leluhur sesunggunya. 

Sebagai kepala keluarga (suami) wajib memiliki jiwa kebapaan untuk melindungi dari musim perceraian ini, sebab suami adalah kepala dari segala kepengurusan dalam kehidupan keluarga itu sendiri atau motor pengemudi dalam kehidupan keluarga dari berbagai pengaruh negatif yang seakan hidup dari nafsu duniawi saat ini. 

Perceraian sama sekali tidak dilegalkan dalam pernikahan kristen. Tuhan Yesus sangat jelas sekali menekankan bahwa apa yang sudah dipersatukan Allah tidak dapat diceraikan oleh manusia (Markus 10:9). Perceraian tidak pernah menjadi keinginan Allah, dan selalu merupakan hasil dari dosa. Manusia tidak mempunyai wewenang atau hak untuk dapat menggagalkan perjanjian pernikahan antara Tuhan dan pasangan. Oleh karena itu, pemahaman awal mengenai pernikahan yang sesuai dengan kehendak Allah perlu dipahami secara mendalam oleh masing-masing pasangan. 

Akhir kata, suami dan istri mempunyai tugas dan tanggungjawab masing-masing sambil menjalani proses hidup dibawa kolong langit. Yang terpentingkan adalah selalu membedakan fungsi dan tugas masing-masing serta mendasari nilai-nilai budaya leluhur pada era saat ini. Dan kita harus mempelajari makna hidup tentang keluarga yang harmonis dari berbagai nasihat dari para leluhur kita. Sesunggunya, manusia diciptakan untuk saling mengasihi dan mempereratkan hubungan keluarga yang erat tanpa dipengaruhi pada era globalisasi yang hidup dalam lumpur-lumpur dosa ini. Jika kita hidup belajar dari budaya para leluhur tentu akan mengantar kita pada kebahagiaan dan ketenangan hidup dapat tercipta sementara hidup numpang di bumi. 

By: Awimee Gobai / Pecinta Alam Papua
Share this article :

.

.

HOLY SPIRITS

JESUS IS MY WAY ALONG TIME

JESUS IS MY WAY ALONG TIME

TRANSLATE

VISITORS

Flag Counter

MELANESIA IS FASIFIC

MELANESIA IS FASIFIC

MUSIC

FREEDOM FIGHTERS IN THE WORLD

FREEDOM FIGHTERS IN THE WORLD
 
Support : AWEIDA Website | AWEIDANEWS | GEEBADO
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2015. Aweida Papua - All Rights Reserved
Template Design by AWEIDA Website Published by ADMIN AWEIDA